Title : Untitled Story
Author : iceteacassie a.k.a. Aistiyana
a.k.a. i5ryansmanda
Rating : PG
Genre : Angst, Romance
Cast : Kim Jaejoong, Jung Yunho,
Park Yoochun.
Warning : Agak Lebay...
Subtitle : Our
Meeting
=========
Pagi ini...
Sang Surya mulai
menampakkan keindahannya. Ia muncul dari balik pegunungan dan bersinar secerah
mungkin. Suasana yang nampak gelap kini telah berubah terang secara perlahan.
Bintang dan Bulan pun berusaha menyembunyikan cahaya terang mereka. Awan dan
langit mulai terlihat jelas di mata seorang lelaki yang masih berdiri di bawah
pohon rindang perbukitan itu.
Dia masih saja
memandang arah munculnya bintang terdekat bumi itu dengan seksama. Seolah-olah
tidak ingin melewatkan waktu sedetikpun tanpa melihat kesempurnaan pagi ini.
' indah sekali '
batinnya.
FB
"Ya, Yunho
! Sampai kapan kau akan menarik tanganku ini?" tanya seorang anak lelaki
berumur 10 tahun.
"Sebentar
dulu. Kita masih belum sampai" jawab anak lekaki yang umurnya 1 tahun
lebih tua.
Mereka berdua
masih berlari-lari kecil saat ini. Seolah-olah sedang terburu-buru mengejar
sesuatu.
Dan tibalah
mereka di suatu tempat yang merupakan puncak bukit tertinggi di daerahnya.
Disana ada sebuah pohon besar yang cukup rindang untuk berteduh.
"Kenapa kau
mengajakku ketempat ini Yun?" tanya Jae.
"Aku ingin
kau melihat sesuatu. Tunggu dan lihat saja." jawab Yunho.
Tak seberapa
lama kemudian, dari balik pegunungan muncullah seberkas sinar yang berwarna
jingga. Indah sekali.
"Lihatkan...
Bukahkan ini indah Jae?"
"Heum..
Terlihat cantik sekali jika dilihat dari sini."
Mendengar ucapan
Jae tadi, Yunho hanya tersenyum sambil terus menatap pria disampingnya itu,
sementara pria yang dipandanginya itu masih terkagum-kagum dengan apa yang baru
saja dilihatnya.
End of FB
Tak terasa sudah
dua jam lebih dia berdiri di tempat itu.
Terik matahari
sudah mulai menghangatkan seluruh tubuhnya.
Ini adalah
saatnya dia kembali ke rumah.
=========
Sesampai di
rumah dia langsung masuk ke dalam kamarnya.
Mengunci pintu
rapat-rapat dari dalam.
Seakan-akan
berusaha menyembunyikan keberadaannya saat ini.
=========
Setiap hari,
setiap saat, setiap detik yang ia lalui. Ia gunakan hanya untuk meruntuki
dirinya sendiri.
'apakah aku
boleh mencintainya ??'
Pertanyaan
itulah yang selama ini masih melekat pada pusat sistem syarafnya itu.
Pertanyaan yang
selalu saja membayang-bayanginya setiap waktu.
Dan pertanyaan
yang tidak pernah dapat ia jawab sampai kapanpun juga.
=========
Dibukanya meja
nakas di samping tempat tidurnya itu. Tempat rahasianya menyembunyikan
barang-barang istimewa miliknya. Perlahan-lahan. Dan akhirnya diambilnya juga
sebuah amplop berisikan selembar surat yang tidak pernah ia kirim sebelumnya.
Ia pun membaca
surat itu. Walaupun hal ini selalu ia lakukan setiap hari, tapi entah kenapa
tak pernah membuatnya bosan sama sekali.
=========
To : Kim
Jaejoong.
Wahai
sepupuku...
Pantaskah aku
memanggilmu dengan sebutan itu sekarang?
Dan bolehkah aku
memberitahumu sesuatu?
Aku bukanlah
orang yang pandai berkata-kata.
Aku juga bukan
penyair yang dengan mudah membuat sajak tertentu.
Tapi, melalui
surat ini. Aku ingin kau mengetahui sesuatu.
Mungkin hal ini
akan membuatmu semakin membenciku. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah bosan
menahannya selama ini. Aku tidak mau menyembunyikannya lagi. Jadi aku putuskan
untuk mengatakannya padamu.
Jaejoong...
Andai kau bukan
sepupuku sekarang, mungkin saat ini aku bisa memilikimu seutuhnya.
Andai kita tidak
terikat hubungan darah dari awal, pasti cintaku ini tidak akan pernah kandas
sampai disini saja.
Andai kita tak
dalam satu keluarga saat ini, mungkin kita bisa membuat keluarga kecil milik
kita sendiri.
Dan andai kita
bisa dilahirkan untuk kedua kalinya, kuharap kita bisa bertemu lagi dalam
keluarga yang berbeda.
Sepupuku Kim
Jaejoong,
Entah kau tahu
hal ini atau tidak, tapi sebenarnya aku benci menganggapmu sebagai sepupuku.
Aku ingin
menganggapmu sebagai temanku, sebagai sahabatku, atau kalau bisa sebagai
kekasihku.
Aku benci
keadaanku sekarang. Aku benci semua ini.
Aku ingin selalu
berada disampingmu sampai kapanpun juga.
Aku ingin
melindungimu selamanya.
Dan aku ingin
menjagamu tanpa takut cibiran orang lain lagi.
Aku sangat
berharap dapat memilikimu.
Tapi, apa yang
bisa aku lakukan?
Berpikir untuk
berada didekatmu saja membuatku kewalahan.
Berangan-angan
untuk menikahimu membuatku sesak.
Dan bermimpi
untuk dapat hidup semati denganmu membuatku tak berdaya.
Jae,
Aku sungguh
mengagumimu,
Aku
menginginkanmu,
dan Aku sangat
mencintaimu.
Your Cousin,
Jung Yunho
=========
Untaian
kata-kata yang pernah ia torehkan di selembar kertas itu tak pernah bisa ia
berikan pada lelaki pujaannya sampai saat ini.
Dia hanya bisa
menyimpannya rapat di meja tanpa sanggup memberikan surat itu padanya.
========
Tak seberapa
lama kemudian, terdengar suara ketukan pelan pada pintu rumahnya. 'Siapa yang
datang di rumah jelekku ini? Di saat seperti ini pula?' tanyanya dalam hati.
=========
Dibukanya pintu
itu perlahan-lahan. Dan betapa kagetnya dia ketika tahu tamu yang sedang
berkunjung di rumahnya kini.
"Kau?"
tanyanya pada sosok pria yang ada di hadapannya itu.
"Ya. Ini
aku. Bagaimana kabarmu Yunho?" ujar pria itu.
"Aku... Aku
baik-baik saja. Kau? Ah, masuklah. Di luar agak dingin, tidak baik untuk
kesehatanmu."
Lalu tanpa
sungkan-sungkan pria yang sedang berada tepat didepannya itu akhirnya masuk
kedalam. Walaupun udara malam saat itu sangat dingin. Entah kenapa, setelah
masuk kedalam rumah yang bisa dianggap sebagai rumah yang sudah tidak layak
dihuni itu, dia seakan-akan merasakan kehangatan.
"Kau mau
minum apa?"
Teringat akan
pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulutnya itu, ia jadi semakin bingung.
Minuman apa yang sanggup ia suguhkan pada tamunya ini? Padahal air putih pun
hanya tinggal sedikit.
"Tidak
perlu. Aku tidak terlalu haus." jawab pria itu dengan sopan.
"Baiklah
kalau begitu. Tapi, hal apakah yang bisa membuatmu berpikir untuk datang ke
rumah jelekku ini?"
"Apakah aku
tidak boleh berkunjung kesini? Apakah aku tidak boleh mengunjungi saudaraku
satu-satuny?"
"Ah...Bukan
begitu maksudku. Aku hanya tidak menyangka kau akan datang. Lagipula aku yakin
sekarang kau sangat sibuk sekali."
"Tidak
juga. Aku hanya ingin mengunjungimu saja. Bukankah kita sudah tidak bertemu
sejak saat itu?"
Flashback
"Aku mohon,
lepaskan dia. Dia tidak bersalah. Dia hanya berada pada waktu dan tempat yang
salah. Aku mohon, hentikan. Hentikan..." ucap Jaejoong seraya melindungiku
dari tatapan warga desa.
"Sudahlah
Jae, pergilah. Kau bisa ikut-ikutan terluka gara-gara aku."
"Tidak
apa-apa Yun. Bukankah kita sudah berjanji akan saling membantu?" ucapnya
sambil tersenyum.
"Semuanya.
Warga Desa yang kami hormati. Aku hanya ingin meluruskan hal ini saja. Jung
Yunho bukanlah orang yang bersalah. Dia tidak bersalah. Dia tidak sengaja
melakukannya. Dia hanya kebetulan ada ditempat itu. Dan dia tidak sengaja
melepaskan tembakan disana. Percayalah padaku. Dia bukan orang yang jahat. Dia
hanya berada dalam tempat dan waktu yang salah saja." ucap Jaejoong seraya
menjelaskan permasalahannya.
"Tapi dia
sudah membunuhnya. Itu berarti dia adalah pembunuh. Pembunuh harus pergi dari
Desa ini. Dia adalah ancaman bagi yang lainnya. Ayo semuanya, kita usir dia
dari sini !" teriak salah satu warga.
"Ayooo...!"
teriak warga lain bersama-sama.
Kemudian satu
persatu batu dilemparkan ke arah kami. Bahkan banyak yang tidak meleset dan
sempat melukai kami berdua.
"Sudah Jae.
Pergilah. Jangan melakukan hal konyol sekarang. Aku mohon pergilah."
ucapku pada Jaejoong.
"Tidak
apa-apa Yun. Ini semua juga kesalahanku. Aku yang harusnya menerima perlakuan
ini. Bukan kau. Lagipula aku juga..."
Belum sempat
Jaejoong menyelesaikan kalimatnya itu, tiba-tiba sebuah batu tepat mengenai
kepalaku dengan keras. Kurasakan sakit di sekujur tubuhku saat ini, dan setelah
kuraba kepalaku yang terasa sakit itu, ternyata kutemukan adanya noda merah.
Itu pasti darahku. Darahku mengalir keluar tanpa kusadari dan tiba-tiba
semuanya menjadi gelap. Dan aku tidak bisa merasakan apapun lagi.
===========
"Kau sudah
bangun Yun? Bagaimana perasaanmu?"
Aku seolah-olah
mendengar suara seseorang. Itu pasti suara Jaejoong. Apa yang terjadi?
Kubuka mataku
perlahan-lahan. Dimana ini?
"Jae?
Dimana ini?" tanyaku.
"Kau
sekarang ada dirumahku. Bagaimana dengan kepalamu? Apa masih terasa
sakit?" tanyanya.
Kepalaku? Aku
ingat. Kepalaku sempat terlempar batu tadi. Sekarang sudah diperban. Pasti dia
yang telah melakukannya.
"Tidak.
Sudah tidak apa-apa. Terimakasih. Lebih baik aku pulang saja."
"Kenapa
secepat ini? Nanti saja sampai lukamu sembuh."
"Tidak.
Tidak apa-apa. Aku tidak mau merepotkanmu lebih lama. Maafkan aku. Gara-gara
aku, kau terlibat masalah. Aku... Pergi dulu."
Seketika itu
pula aku langsung pergi. Aku tidak mau berlama-lama disini. Karena semakin lama
dia bersamaku, maka semakin sering pula dia terlibat masalah bersamaku.
End of Flasback
"Kau
ternyata masih ingat." ucapku pelan.
"Tentu
saja. Dan saat itu kau pergi dengan tatapan yang aneh. Aku pikir kau marah
padaku."
"Bukan.
Bukan begitu. Aku tidak marah padamu. Saat itu, aku tidak mau merepotkanmu,
Jae. Aku tidak mau membuatmu terluka gara-gara aku. Maaf jika perbuatanku
membuatmu merasa bersalah."
"Sudahlah.
Tidak usah dibicarakan lagi. Itu tidak masalah bagiku. Hmmm... Oh iya,
bagaimana kalau kita jalan-jalan saja? Sudah lama aku tidak jalan-jalan
bersamamu. Kau punya waktu?"
"Tentu."
jawabku dengan tersenyum.
"Baiklah.
Kita ke bukit itu saja. Bagaimana?" tanyanya bersungguh-sungguh.
"Kita
berangkat sekarang. Ayo...!" ujarku sambil berjalan keluar.
"Ya ! Kau
mau meninggalkanku ya? Awas kau !" ujarnya seraya berlari ingin
mendahuluiku.
TBC
Wow !
Selesai juga
chap 1-nya.
Semoga aja
bagus, n banyak yg suka.
Hooommmm....!
#komat-kamit baca mantra
Sipp ! Yang
baca, mohon komennya ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar