Title :
Flashback
Chap :
1 / 3
Author :
iceteacassie a.k.a. Aistiyana a.k.a. i5ryansmanda
Rating :
PG
Genre :
Yaoi, Angst, little Comedy
(ngga tau ah...)
Cast :
DBSK (except Changmin)
Warning : Man x Man, Don’t Like Don’t Read
Anneyong haseyo....Apa kabar
semuanya?? Aku harap kalian dalam keadaan baik sekarang. Hmmm... Sebelum aku
memulai cerita ini, alangkah baiknya jika aku memberi sedikit penjelasan
tertentu mengenai masalah kecil yang barusan sempat terjadi. Ini bukanlah
masalah yang serius. Tapi aku ingin mengatakannya sekarang. Ini mengenai alasan
mengapa aku bisa ada disini. Seharusnya sekarang aku tidak berhak untuk berdiri
dan berbicara seperti ini. Authorlah yang lebih berhak untuk melakukannya. Tapi
karena suatu alasan tertentu, dia memintaku untuk membantunya. Jadi... Yah...
seperti inilah akhirnya.
Baiklah, aku rasa sudah cukup
basa-basinya. Lebih baik aku mulai saja sekarang. Hmmm... Bagaimana memulainya ya? Begini saja,
seperti yang kalian lihat sekarang, Aku ini adalah seorang laki-laki. Disini
Aku ingin menegaskan sekali lagi bahwa Aku adalah seorang LAKI-LAKI. Apa kalian
ingin tahu kenapa aku menegaskan hal yang satu ini?? Alasannya sungguh
sederhana yaitu karena aku tidak ingin kalian semua juga menganggapku seperti
anggapan kebanyakan orang selama ini.
Ya... kurang lebih seperti
itulah...
Lalu mengenai siapa aku ini,
sebenarnya bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan lagi. Karena dalam cerita
ini aku menjadi tokoh utamanya. Perkenalkan namaku adalah Kim Jaejoong. Dan di
dalam cerita ini umurku 18 tahun. Aku tingggal di kota Chungnam bersama kedua
orang tuaku. Cho Kyuhyun, beliau adalah seorang Umma bagiku. Sama halnya dengan
diriku, Beliau juga seorang lelaki. Heran?? Sama... Aku juga heran. Aku tidak
tahu bagaimana aku bisa ada di dunia ini?? Dan aku pun juga tidak tahu
bagaimana cara beliau melahirkanku?? Tapi ya sudahlah, tidak usah dibahas lagi.
Itu tidak masalah bagiku.
Hmmm.... Bicara tentang Umma,
menurutku beliau adalah orang yang sangat cantik sekali. Walaupun beliau adalah
seorang namja, tapi kecantikannya itu bahkan melebihi seorang yeoja sekalipun.
Umma juga sangat baik pada siapapun
temasuk aku sendiri. Bagiku Umma adalah segalanya, terlebih lagi beliau juga
memiliki senyuman mematikan yang pada akhirnya berhasil membuat seseorang jatuh
hati padanya. Ya..... Orang itu adalah Appa....Kim Kibum. Appa bahkan rela
melakukan apapun untuk mendapatkan senyuman maut milik Umma. Apapun
caranya...Appa akan berusaha melakukannya meski hal itu sangat berat
sekalipun... Pernah suatu ketika Appa rela dipermalukan di depan umum hanya
sebatas untuk mendapatkan senyuman dari Umma. Eits, jangan pernah berpikir
kalau Umma yang sengaja meminta Appa untuk melakukannya, itu semua atas permintaan Haraboji semata.
Karena pada awalnya Haraboji menentang hubungan mereka yang dianggap melanggar
hukum dan agama. Ya.... Hal-hal seperti itu sudah biasa Appa lakukan. Keke...
Dan hasil kerja payahnya itupun, akhirnya hubungan Appa dan Umma direstui juga.
Dan pada akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia sampai sekarang....
Wah... Aku rasa aku sudah terlalu
banyak menceritakan kisah mereka... Sekarang kembali pada diriku. Aku adalah
anak tunggal Umma dan Appa. Alasan mereka tidak mau mempunyai anak lagi
adalah.......
Hhaaah.....
Ini sebenarnya adalah hal yang
sangat memalukan dan menyakitkan bagiku. Tapi apa boleh buat....Terpaksa aku
harus menceritakannya, karena ini adalah salah satu perjanjianku dengan si
Penulis.(Author angkat Jempol).
Kata Umma dan Appa, aku adalah
produk gagal. (....ditimpuk Readers)
GAGAL.
Kata yang sangat menyakitkan
bukan?? Kalian pasti setuju denganku kali ini...Mengapa mereka tega menggunakan
kata itu?? Apakah tidak ada kata lain untuk menggantikannya?? Apa sesulit
itukah menemukan kata penggantinya?? Aku juga tidak tahu. Tapi ya sudahlah...
aku menurut saja... Sebenarnya alasan mereka menganggapku sebagai produk gagal
adalah karena aku dilahirkan dengan wajah yang hampir menyerupai perempuan,
cantik, kulitku putih mulus, rambutku hitam, lurus dan lembut, serta postur
tubuhku pun ideal. Bahkan sampai hampir menginjak dewasa pun hal-hal itu
semakin bertambah dan membuat pesonaku semakin berkembang. Aku jadi malu
menceritakan hal ini. Keke... Tapi bukankah hal ini sangat aneh?? Setujukah
kalian denganku?? Aku sendiri bingung dibuatnya. Memangnya ada yang salah
dengan hal itu?? Bukankah itu patut dibanggakan?? Dan bukankah hal itu sangat
diidam-idamkan oleh sebagian besar orang?? Setiap perempuan maksudku. Lalu
kenapa?? Kenapa?? Wae Umma?? Wae Appa?? Mereka tidak pernah sekalipun mau menjawabnya.
Bahkan mereka selalu mengganti topik pembicaraan jika aku bertanya tentang hal
ini. Yah.... Mengecewakan...benar-benar sangat mengecewakan...tapi mau
bagaimana lagi?? Aku menyerah. Aku sudah putus asa melakukannya. Aku yakin,
suatu hari nanti mereka akan mengatakannya juga. Aku yakin itu. Tapi, terlepas
dari itu semua. Aku sangat senang karena mereka sangat menyayangiku melebihi
apapun. Dan aku bangga menjadi anak mereka.
Hmmm... Aku rasa, sudah cukup
perkenalan dariku. Sekarang sudah menunjukkan pukul 08.00. Dan ini berarti, aku
harus segera berangkat kuliah karena kuliah akan dimulai pukul 09.00. Oh iya,
aku hampir lupa. Aku kuliah di Universitas terkenal dan favorit di Seoul. Dan
aku mengambil jurusan Kedokteran di sana. Aku adalah salah satu murid yang
tergolong cerdas. Terbukti dengan banyaknya piala, piagam penghargaan dan
segudang prestasi yang aku peroleh di bidang akademik. Terlebih lagi, aku juga
pernah hampir diikutkan dalam program akselerasi. Tapi dengan halus aku
menolaknya. Alasannya sangat sederhana menurutku, yaitu karena aku tidak ingin
cepat meninggalkan hari-hari menyenangkan menjadi seorang mahasiswa dan
menggantinya dengan hari-hari penuh beban sebagai seorang pekerja, apalagi
dokter. Itu tidak asyik. Aku tidak bermaksud menganggap pekerjaan sebagai
sebuah beban. Tapi ini berarti aku harus mencurahkan tenaga dan pikiranku untuk
semua pasien-pasienku suatu saat nanti. Lebih baik, aku menikmati sisa-sisa
hariku sebagai mahasiswa dengan melakukan hal-hal yang lebih berguna dan menantang
lainnya. Benar kan??
Wah... tidak kusangka hanya untuk
menceritakan hal seperti ini saja, waktu sudah terlewat 20 menit dengan cepat.
Waktu memang cepat berlalu jika digunakan untuk melakukan hal-hal yang
menyenangkan seperti ini. Dan sekarang adalah saatnya aku harus bergegas agar
tidak terlambat kuliah. Setelah merapikan diri, akupun menuruni tangga karena
kebetulan kamarku berada di lantai dua dan aku langsung menuju meja makan. Di
sana sudah ada Umma yang menungguku.
“Umma, aku pergi dulu. Aku hampir
terlambat.”Dengan
segera kucium kedua pipi Umma dan bergegas menuju garasi.
“Jae,
sarapan dulu. Atau setidaknya bawa bekalmu...”teriak
Umma.
”Tidak sempat Umma. Mian...”jawabku
setengah berteriak.
“Hati-hati
di jalan.”Teriak
Umma lagi.
“Oke, Umma. Aku pergi dulu.”dengan
segera kutancapkan gas dan aku melajukan mobilku menuju kampus.
Sesampai di kampus. Seperti yang
sudah kuduga sebelumnya. Aku terlambat. Songsaenim hampir saja melarangku
masuk, tapi pada akhirnya diperbolehkan juga. Sesaat sebelum dipersilahkan
duduk, Songsaenim memberi beberapa pertanyaan sebagai gantinya. Tanpa suatu
keraguan, akupun menjawab semua pertanyaan yang diberikannya itu. Dan akhirnya,
aku boleh duduk juga. Tetapi, tidak seperti biasanya. Aku duduk di kursi paling
belakang. Biasanya aku langsung menyambar kursi terdepan agar bisa mendengar
suara Songsaenim dengan jelas. Ya...Begitulah... pendengaranku agak terganggu
akibat kecelakaan mobil bersama dengan temanku kira-kira dua minggu yang lalu.
Saat itu mobil kami menabrak truk yang oleng secara tiba-tiba di jalan. Dan
akhirnya mobil yang kami kendarai terbalik dengan mudahnya dan terseret sejauh
kurang lebih dua meter. Beruntung saat itu aku sedang duduk di kursi belakang
sehingga aku hanya mengalami luka ringan di bagian tangan dan kaki serta
pendengaranku yang sedikit agak terganggu. Itupun aku harus menjalani perawatan
selama hampir satu minggu. Tapi berbeda halnya dengan temanku, sampai saat ini
dia masih berada di Rumah Sakit. Dia mengalami luka akibat benturan di kepalanya
dan katanya itu tidak terlalu parah. Seingatku, dokter pernah bilang kalau dia
sudah boleh pulang minggu ini karena kondisinya yang berangsur membaik. Tapi
ternyata dia masih belum pulang juga. Alasannya mungkin karena pusing yang
sering dialaminya itu. Tapi mungkin juga karena ini adalah permintaan Ummanya
yang terlalu khawatir. Aku tidak tahu mana yang benar. Intinya aku sangat sedih
mendengar hal ini. Hampir setiap hari aku menjenguknya. Karena bagaimanapun
juga dia itu adalah teman baikku sejak kecil.
Yah.... Aku rasa ini sudah cukup. Sekarang kembali ke
perkuliahan. Saat ini Songsaenim sudah mulai sibuk dengan penjelasan-penjelasan
panjang lebarnya. Tak lupa dia juga menuliskan sesuatu di papan tulis. Aku
hanya bisa duduk dan menatap gerak-gerik tubuhnya itu dari sini. Suaranya pun
juga tidak begitu jelas di telingaku. Sehingga tanpa kusadari, selama beberapa
saat aku jadi melamun dan memikirkan perkataan Appa kemarin.
FLASHBACK
“Jae...”panggil
Appa.
Sedari tadi Appa berada disampingku
dan sedang menonton acara televisi yang menurutku selalu membosankan. Kebetulan
saat ini, remote tv berada dalam genggamanku. Mendengar suara Appa, sontak aku
memberikan remote itu.
“Bukan
Jae...”tolak Appa halus.
“Owh...... Aku pikir Appa ingin
mengganti chanel tv nya karena tidak suka lagi dengan acara yang kita tonton
ini.””
“Bukan itu Jae. Appa ingin
mengatakan sesuatu padamu. Dan Appa harap kau tidak marah.”
Seketika itu suasana sedikit
hening. Kami saling diam. Hanya terdengar suara tv yang menyala. Aku hanya bisa
memandang wajah Appa dengan tatapan bingung. Memangnya Appa ingin mengatakan
apa?? Tumben sekali Appa mau mengajakku berbicara serius seperti ini. Aku jadi
penasaran.
“Ada apa? Appa ingin memintaku
untuk membantu Appa lagi?” tanyaku heran.
“Bukan
itu juga Jae....”Sekarang
wajah Appa semakin serius menatapku.
“Lalu
ada masalah apa? Jangan membuatku semakin penasaran saja,Appa.”
“Sebenarnya
Appa ingin membahas tentang penikahanmu.”
Seketika itu pula aku menatap Appa
dalam diam dan penuh keheranan. Kenapa tiba-tiba Appa ingin membahas tentang
pernikahanku?? Bukankah ini terlalu dini untuk membicarakan hal-hal seperti itu
mengingat umurku yang masih terbilang muda?? Appa jadi semakin aneh saja.
“Appa
sudah mendapatkan jodoh yang cocok untukmu. Dan Ummamu juga menyetujuinya. Dia
adalah anak teman Appa.”
“Jeongmal??
Hmmm... Seperti apa dia?”
tanyaku, karena sebenarnya aku semakin penasaran dengan arah pembicaraan ini .
“Dia
adalah anak yang baik. Appa sudah bertemu dan sempat berbincang-bincang
dengannya. Appa rasa dari perbincangan itu, Appa yakin dia cocok denganmu dan
kepribadianmu. Appa sangat yakin dengan hal ini. Apalagi menurut Appa dia itu
sangat tampan, dan dia pantas dijodohkan denganmu Jae...”
Deg. Jantungku serasa berhenti
berdetak untuk beberapa detik. Dijodohkan?? Apa?? Tidak !! Sekarang ini
bukanlah jaman perjodohan lagi Appa.....!!! Pasti Appa sedang bercanda saat
ini. Ya.... pasti sedang bercanda. Tunggu... tapi Appa bilang tadi dia Tampan??
Omo.....Nafasku seakan berhenti seketika... rasanya diriku sedang mengalami
Syok. Tampan?? Itu berarti dia juga seorang namja sepertiku?? Andwe....Andwe.... aku berteriak
sekeras-kerasnya di dalam hati dan sesaat aku berpikir kalau Appa sudah mulai
gila. Gila karena mempunyai anak yang dianggap sebagai Produk Gagal sepertiku.
Aku temenung untuk sesaat sampai Appa mulai berbicara lagi....
“Jae,
Appa tidak ingin memaksamu. Appa tahu kau pasti bingung dengan keputusan yang
Appa dan Umma buat ini. Tapi ini semua untuk kebaikanmu juga Jae. Appa harap
kau mempertimbangkannya. Appa ingin yang terbaik untuk anak Appa. Jika kau
bersedia, kau harus mengatakannya pada Appa. Arraseo??”
Sesaat setelah mengatakannya Appa pun pergi dan meninggalkanku sendiri dengan
pikiran-pikiran aneh di otakku.
END of FLASHBACK
Tiba-tiba lamunanku terhenti ketika
ada seseorang yang mengibas-ngibaskan tangannya di hadapanku.
“Jae...Jae....”ujar
lelaki di hadapanku itu.
“Ne...””jawabku
sekenanya.
“ya..!
kau melamun ya?? Aduh, tidak baik melamun siang-siang seperti ini Jae...” tegurnya.
“Ani....aku
tidak sedang melamun. Aku hanya termenung sebentar saja..” alasan yang tidak masuk akal menurutku.
“Sebentar
kau bilang? Lihat... !! Songsaenim sudah pergi sejak tadi. Kau ini bagaimana?”
ujarnya lagi sambil menunjuk ke arah depan kelas.
“
..... “aku pun hanya terdiam mendengar
omelannya tadi.
“Dasar
kau ini...Oh iya...nanti kita jadi menjenguk Yunho lagi kan?”tanyanya.
“Eh...Iya...Yoochun-ah.”
“Good..kita
ajak juga Junsu. Kebetulan dia hampir selesai kuliahnya.”
“Ide
yang bagus. Nanti pakai mobilku saja. Bagaimana?”
“Ok...””
Setelah kuliah selesai kami pun
akhirnya pergi ke rumah sakit tempat Yunho dirawat.
Kali ini Yoochun yang mengemudi.
Aku dan Junsu duduk di belakang karena tempat duduk disamping Yoochun telah
diisi oleh buah-buahan yang sengaja kami beli untuk oleh-oleh. Oh iya...Aku
belum mengenalkan pada kalian siapa itu Junsu,Yoochun, dan Yunho.
Yoochun adalah temanku satu kampus.
Dia mengambil jurusan yang sama denganku. Kami selalu pergi bersama
kemana-mana. Dia juga tidak keberatan menemaniku pergi ke perpustakaan atau
menjenguk Yunho seperti yang dia lakukan saat ini. Dia sangat baik padaku. Dia
juga sangat tampan dan juga tergolong anak yang berprestasi. Sementara Junsu
adalah teman Yoochun dari kecil. Karena aku dan Yoochun berteman, otomatis aku
juga berteman dengan Junsu. Berbeda dengan kami, dia mengambil jurusan arsitek.
Dia bilang bahwa dia ingin membangun rumah idamannya, dengan hasil pemikirannya
sendiri. Junsu orangnya sangat imut, periang dan juga ramah. Aku suka dengan
sikapnya itu. Dia selalu mencerahkan suasana apabila ada hal buruk yang sedang
terjadi. Kemudian yang terakhir, Yunho. Orang yang akan kami jenguk itu.
Seperti yang sudah aku katakan tadi. Dia adalah temanku sejak kecil. Kami
tinggal bertetangga. Oleh karena itu kami sangat akrab. Dia kuliah di
Universitas yang sama denganku tapi dia mengambil jurusan Teknik Mesin. Bicara
tentang kepribadiannya, Yunho itu adalah anak yang baik sekali. Dia selalu
menolongku jika aku merasa kesulitan atau sedang berada dalam masalah. Ketika
aku sedang merasa sendirian atau merasa kesepian pun, tanpa diragukan lagi dia
akan meluangkan waktunya dan menemaniku. Dia sungguh baik kan?? Dia juga
tampan. Bahkan sangat tampan. Aku jadi iri melihatnya. Kami tumbuh bersama-sama. Semakin dewasa, dia
terlihat semakin gagah, keren dan tampan. Sementara diriku ini, semakin dewasa
aku malah terlihat semakin cantik. Oleh sebab itulah, tidak jarang orang-orang
menganggapku sebagai perempuan. Aku benci dengan hal itu. Aku ingin mereka
menganggapku sebagai Namja yang keren, Namja yang tampan, Namja yang gagah atau
setidaknya hanya sebatas Namja pun tidak masalah bagiku. Asal bukan dianggap
sebagai Yeoja.
Tapi terlepas dari itu semua, aku
rasa ketiga temanku ini tetap menganggapku sebagai seorang Namja. Terbukti dari
sikap mereka padaku. Dan oleh karena itulah aku bangga dan senang menjadi teman
mereka.
Hmmm.... Tidak kusangka, setelah
bercerita panjang lebar seperti ini. Kami pun akhirnya sampai di tempat tujuan
kami. Rumah Sakit tempat Yunho dirawat. Setelah mencari kamar dimana Yunho
dirawat, akhirnya kami menemukannya juga. Tidak sulit mencari tempatnya karena
kami sudah hafal betul jalan menuju kamarnya itu. Tanpa berlama-lama lagi kami
pun masuk ke kamarnya. Di dalam kami bertemu dengan kedua orang tua Yunho.
Mereka selalu menjaganya setiap hari. Dan mereka selalu mengawasinya setiap
saat.
Di dalam sana dan masih sama
seperti hari-hari sebelumnya... Selang infus masih saja menancap di lengan
Yunho. Begitu pula selang-selang yang lain. Tubuhnya semakin hari malah semakin
kurus saja. Aku jadi sedih melihatnya.
Hmmm... Baiklah. Kembali ke kamar
Yunho sekarang. Setelah becakap-cakap sebentar dengan orang tua Yunho, kami
bertiga pun diperbolehkan berbicara dengannya.
Yunho tersenyum ketika melihat
kedatangan kami. Dan aku rasa dia pun berusaha untuk terlihat tegar di hadapan
kami.
Sesaat kami saling berpandangan
dalam diam dan akhirnya Junsu memecah suasana hening itu dengan berkata,”Yunho,
bagaimana kabarmu? Apa kau merasa baikan? Kami sangat khawatir padamu. Lihat !
Kau jadi kurus seperti ini. Apa kau tidak makan? Apa nafsu makanmu berkurang?
Bagaimana dengan kepalamu itu? Masih sakit? Hmmm... aku harap sebentar lagi kau
akan sembuh.... Semangat ya !!”
“Kau
itu tidak usah bertanya dan berbicara sebanyak itu Su...” kali ini Yoochun yang
berbicara.
“Arrrggghhhh....Kau
ini Yoochun, berhentilah menasehatiku terus. Aku sudah tahu. Tidak usah kau
beritahu lagi... aku kan hanya ingin memberi semangat pada Yunho
saja....Gara-gara kau niat baikku itu gagal...Dasar kau ini...”
“Sudah....Sudah...Kalian
ini tidak di kampus, tidak di jalan, bahkan sekarang di rumah sakit pun menjadi
tempat pertengkaran kalian...Sudah....Sudah....””kali
ini aku yang bicara.
“Kau
itu sama saja Jae...Sudah tahu temannya butuh dukungan. Kenapa malah diam saja
tidak jelas seperti itu. Membuatku tidak sabar saja.” omel Junsu.
“Kalian
ini...Tidak berubah ya? Masih seperti itu...” akhirnya Yunho pun
berbicara, dan tak lupa dia juga tersenyum kepada kami semua. Perdebatan kami
pun akhirnya ditengahi oleh Yunho. Seketika itu pula kami pun tertawa
bersama-sama mengingat hal konyol yang baru saja kami lakukan tadi.
Yaahh.... Pada akhirnya, kami pun
saling berbincang dan saling tertawa. Dan tanpa kami sadari, jam besuk pun
sudah berakhir. Saatnya kami pamit untuk pulang. Setelah berpamitan pada Yunho
kami pun juga pamit pada orangtuanya. Tetapi sesaat sebelum pergi, Yunho
memintaku untuk berbicara berdua bersamanya. Yoochun, Junsu, dan kedua orang
tua Yunho memakluminya dan memberi kami kesempatan untuk berbicara.
“Ada
apa Yunho?”
““....””
“Kenapa?
Apa ada hal yang ingin kau sampaikan padaku?”
”....”
“Wae?
Kenapa masih diam saja? Kau sengaja membuatku menunggu agar aku semakin
penasaran kan? Mengaku saja....”
“....”
Hhhaaahhh.... Lelah aku menunggunya
berbicara. Dari tadi dia hanya diam saja. Dia memang suka melakukan hal ini
padaku. Suka membuatku penasaran. Kebiasaannya tidak pernah berubah. Selalu
seperti itu. Menyebalkan. Memangnya dia mau bicara apa sih?? Apa sampai
sebegitunya sampai-sampai dia kesulitan untuk merangkai kata-kata??
“Jae...”
“Apa?
Akhirnya kau bicara juga. Kali ini apa lagi yang kau rencanakan? Setelah
membuatku menunggu dan menbuatku penasaran. Apa lagi?”
tanyaku dengan sinis.
“Menurutmu...
Aku itu orang yang seperti apa?”
Sontak aku kaget dengan pertanyaan
yang diberikannya itu. Kenapa tiba-tiba dia menanyakan hal aneh seperti itu??
Aneh...
Ya...aku rasa itu adalah kata yang
sangat tepat untuk menggambarkannya saat ini... Apa ini akibat luka di
kepalanya itu?
Aneh sekali.
“Wae?
Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“.....”
Lagi-lagi dia diam saja mendengar
pertanyaanku. Menyebalkan sekali.
Lalu tatapannya padaku itu...
Aarrggghhhh.....Kenapa dia
menatapku seperti itu?? Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Aku harus berkata apa
coba?? Pertanyaannya aneh. Tatapannya pun juga aneh. Jadi apa yang bisa kukatakan?? Aduh....Aku
jadi bingung sendiri. Lalu kenapa suasananya tiba-tiba hening dan menakutkan
seperti ini?? Dan kenapa dia masih memandangiku seperti itu terus??
Omooo.....aku bingung sekali....apa yang harus aku lakukan??
“Hmmm.....
Aku hanya ingin tahu saja. Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu padaku..”
Ya Tuhan...Akhirnya dia berkata
juga...tapi kenapa malah kata-kata itu yang dia katakan...?? Omooo !!.... apa
maksudnya coba?? Dia aneh sekali...Sama seperti Appa kemarin. Apa yang harus
kukatakan sekarang??
“Owh...itu...Hmmm...Menurutku
kau itu..... orang yang sangat baik sekali dan...hmmm...apa ya?? Kau itu...
adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Kurang lebih begitulah.”
aku bingung harus bicara apa lagi. Semakin lama dia semakin membuatku jadi
salah tingkah. Aku harap jawabanku itu sudah benar. Tapi kulihat sekarang raut
wajahnya malah berubah murung. Dan aku rasa dia kecewa dengan jawaban yang aku
berikan tadi. Memangnya dia ingin aku menjawab apa?? Aduh...Aku malah semakin
menyesali kalimat yang begitu saja terlontar dari mulutku tadi.
“Aaaa...Yunho-ah...Wae??
Apa ada yang salah dengan jawabanku tadi?” setelah mendengar
ucapanku, kulihat dia malah memalingkan wajahnya dariku dan menundukkan
kepalanya. Dan aku juga melihat semburat kesedihan di wajahnya itu. Aku jadi
tidak tega melihatnya. Tapi apa yang bisa aku lakukan?? Saat ini aku malah
semakin bingung dengan sikapnya ini.
“Ya
sudahlah...tidak apa-apa... aaa... Jae-ah, kau benar-benar menganggapku sebagai
sahabatmu? Tidak lebih?”
“....”
aku tidak bisa berkata apapun. Dia bicara seperti itu sambil tersenyum
kepadaku. Tapi aku rasa senyum itu adalah senyum yang dipaksakan. Aku yakin
itu.
“Aku
rasa kau memang menganggapku seperti itu. Hmmm... Bolehkah aku memelukmu
sebentar, Jae ?” tanyanya.
“Ne...”jawabku
singkat.
Tiba-tiba dia langsung merengkuh
dan memelukku. Erat sekali. Seperti tidak mau melepaskannya saja. Akhirnya mau
tidak mau aku membalas pelukannya itu. Kurasakan tubuhnya sangat kurus. Tidak
kusangka akan sekurus ini. Lagi-lagi aku jadi merasa sedih. Entah sampai kapan
perasaan ini muncul. Kenapa pada akhirnya dia yang selalu menderita gara-gara
aku?? Aku memang pembuat masalah. Aku memang tidak berguna. Maafkan aku Yunho.
Kau tidak akan jadi seperti ini jika bukan gara-gara aku...
FLASHBACK
Di ruang dekat garasi.
“Yunho-ah...mau
ya....ya....ya....??”
tanyaku manja sambil menarik-narik lengan bajunya.
“Hentikan
Jae...jangan menarik bajuku seperti ini...Hentikan...Iya...Iya...akan aku
antar. Tapi pakai mobilku saja. Bagaimana??”
“Ok....Kau
memang sahabat terbaikku Yunho....Kyaaaa......”
saking senangnya aku langsung memeluknya. Tanpa kusadari Yunho pun membalas
pelukanku. Bahkan pelukannya sangat erat. Aku sangat senang dipeluk olehnya
seperti ini. Pelukannya sangat hangat. Aku merasa sangat nyaman sekali. Entah
kenapa jika aku berada didekatnya, aku merasa aman. Dia akan selalu
melindungiku seperti janjinya saat kami masih kecil dulu. Dan aku sangat senang
diperlakukan seperti itu.
“Aku
senang bisa memelukmu setiap saat seperti ini Jae...” mendengar ucapannya,
entah kenapa aku langsung melepas pelukanku. Apa maksud ucapannya kali ini??
“Kenapa
kau bicara seperti itu, Yunho?”
bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah memandangku lekat-lekat dan tersenyum
manis. Tapi menurutku senyuman yang diberikannya itu sangat aneh dan
menakutkan. Aku jadi bergidik ngeri melihatnya. Lalu tiba-tiba dia memelukku
lagi. Dan kali ini lebih erat daripada sebelumnya. Malah dia membuatku sesak
nafas.
“Yun...ho...lepas...kan...aku....se...sak...aaa.....hen...tikan....” aku tidak bisa
melepaskan diri dari pelukannya itu, tenaganya terlalu besar. Tapi akhirnya dia
melepas pelukannya juga.
Aku jadi terengah-engah. Seperti
habis melakukan lomba lari jarak pendek saja. Udara seakan sulit sekali
menemukan jalan untuk mengisi rongga paru-paruku ini. Kira-kira seperti itulah
rasanya. Terlebih senyuman aneh yang lagi-lagi dia berikan itu. Membuatku
semakin merasa aneh....
“Berhentilah menatapku seperti itu
Yunho...Kau benar-benar membuatku takut.”
“Memangnya
kenapa? Kau tidak suka? Haa...???” kali ini dia benar-benar membuatku semakin
takut saja. Tatapannya itu bagaikan tatapan seekor singa yang telah berhasil
menemukan mangsanya. Dan kali ini aku yang jadi mangsanya. Jadi untuk
menghentikan aksi aneh Yunho lainnya, aku langsung kabur menuju garasi tempat
mobil Yunho terparkir.
“Ya..Jae
!! Jangan lari...”
teriak Yunho. Tapi aku tidak memperdulikan teriakannya itu. Aku tetap saja
berlari. Berpura-pura tidak mendengarnya....
-
-
Akhirnya kami pun pergi dengan
membawa mobil Yunho. Kali ini dia harus mengantarku ke perpustakaan daerah.
Sesampai disana, dia menolak untuk kuajak masuk. Katanya dia alergi dengan
buku. Aneh kedengarannya. Mengingat dia adalah salah satu murid yang terbilang
pandai. Lalu bagaimana dia bisa sepintar itu jika dia alergi dengan buku?? Aneh
kan?? Aku rasa dari dulu dia memang aneh.
Hmmm... sampai dimana aku tadi...??
Oh iya, di perpustakaan. Setelah mendapatkan buku yang aku cari. Aku langsung
meminjamnya dan pergi keluar.
Kulihat Yunho sedang duduk di kursi
panjang dekat sebuah pohon dan dia sedang membawa sesuatu di tangannya. Aku
rasa, dia membawa sebuah kotak kecil yang berwarna hitam. Tapi mengenai kotak
itu, aku sendiri juga tidak tahu.
Aku sengaja diam-diam mendekatinya
agar dia kaget. Dan benar saja. Dia sangat kaget. Wajahnya sangat lucu sekali.
Kau pasti penasaran kan?? Aku saja jadi terpingkal-pingkal melihat ekspresi di
wajahnya itu. Lucu sekali... Setelah melihatku tertawa dia langsung berdiri
dan.....
Keterlaluan !!! Dia meninggalkanku
lalu menuju mobil dan melajukannya. Dia seolah-olah sengaja meninggalkanku
sendiri... Aku mengumpat-umpat sebisanya... Dia sungguh menyebalkan...!!
-
-
Kini aku terduduk di kursi dan
berharap dia akan kembali. Tapi orang yang kutunggu itu tak kunjung datang
juga. Akhirnya aku menelponnya. Begitu dia mengangkat panggilanku aku langsung
berteriak sejadi-jadinya.
“Kyaaaaaaa......Yunho
!!!”
“Ne....ada
apa Jae? Jangan berteriak seperti itu...”jawabnya
datar.
“Apa
maksudmu dengan meninggalkanku disini, hah?? Ayo cepat kemari...!! Jemput aku...”
“Tenang
Jae...”
“Bagaimana
kau bisa menyuruhku untuk tenang?? Sementara kau meninggalkanku sendiri
disini?? Kau keterlaluan Yunho...Cepat kembali...!!”
“Ya...Ya...salah
siapa tadi menertawaiku seperti itu??”
“Salah
siapa? Aku hanya tertawa saja. Kenapa kau membalasku sampai seperti ini??”
“Aku
kan tidak suka kau menertawaiku seperti itu Jae, itu menyakitkan...”
“Apa
!! Huft.....Pokoknya cepat kembali...”
“Ok...Ok...tunggu
ya...dan jangan menertawaiku lagi...Arraseo??”
“Ne...
Cepatlah...”
Tak seberapa lama kemudian dia
datang juga dan kami langsung pulang ke rumah.
Kali ini, aku memilih untuk duduk
di kursi belakang. Kami saling diam. Aku masih kesal dengan sikapnya tadi.
Seenaknya saja. Dia juga tidak berkata apapun.
Tetapi setelah beberapa saat
akhirnya dia berbicara juga.
“Aku
punya firasat buruk. Hmmm.... Jae, mianhe. Tadi aku meninggalkanmu disana.
Sebenarnya aku tidak berniat melakukannya. Tadi aku hanya sedikit kesal. Aku
janji tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku janji.””ujarnya
pada bayanganku di kaca spion dalam mobil. Dia berbicara sambil tetap fokus
memperhatikan jalanan.
“Ne...” jawabnya malas. Aku
sendiri masih kesal dibuatnya.
“Jae,
bicaralah sesuatu...Kau marah padaku?””
“....”
“Kenapa
masih diam saja? Baiklah...kau boleh meminta apapun asal kau tidak marah lagi
padaku. Bagaimana?”
“...”
“Ayolah
Jae....Jangan bersikap begitu padaku...Aku tahu kalau aku salah...Jadi maafkan
aku ya....” pinta Yunho.
Aku rasa, dia memohon padaku dengan
tulus. Aku tidak tega melihatnya...Dia menatapku melalui kaca spion dengan
tatapan puppy eyesnya... Aku jadi merasa tidak tega.
“Baiklah...tapi
kau harus janji untuk tidak akan meninggalkanku lagi...” kuulurkan jari kelingkingku
sebagai tanda dan diapun membalasnya.
“Ok, aku janji.”
Sesaat setelah itu, kulihat didepan
ada sebuah truk sedang terjungkal dan terguling di tengah jalan. Sontak aku
berteriak.
“Awas....!!!!”
Yunho yang baru menyadarinya pun
langsung membanting setir ke arah lain agar kami tidak menabrak truk itu. Tapi
naasnya... mobil yang kami kendarai seolah-olah menolaknya. Mobil tidak mau
berbelok sesuai perintah sang pengemudi. Aku sangat ketakutan dan terus-terusan
mengucap mantra-mantra doa agar kami selamat dari kejadian naas ini.
Kulihat Yunho tidak menyerah dan
terus mencoba untuk membelokkannya. Tapi apa yang dia lakukan sia-sia saja.
Mobil kami tetap melaju lurus.
Seketika itu pula aku hanya melihat
kegelapan didepanku. Aku bahkan tidak melihat Yunho. Aku merasa kalau ini
adalah akhir bagiku. Ya aku rasa ini adalah kematianku....
END of FLASHBACK
Di kamar Rawat Yunho.
Kami masih saling berpelukan. Dan
masih tetap erat seperti tadi.
“Yunho,
aku rasa tubuhmu semakin kurus saja...Kau tidak apa-apa kan?”
“Hmmm...makanan
disini tidak enak.”
“Haha..kau
ini...Kau harus tetap makan. Lihat ! tubuhmu jadi seperti ini kan akhirnya?””
“Iya....Iya...”
Akupun melepaskan pelukan kami
sembari berkata,”Bagaimana
kalau besok aku bawakan kau makanan saja? Aku harap kau mau makan dan tidak
sekurus ini lagi Yunho.”
“Ne..
Itu ide yang bagus.”
“Sudah
ya..aku pulang dulu.” Aku hendak langsung
pergi keluar. Tapi seketika itu pula Yunho menarik tanganku.
“Ada
apa?” tanyaku.
“Kau
akan tetap menjengukku kan Jae?”
“Tentu
saja Yun.”
“Gomawo...” setelah itu dia
akhirnya melepas tanganku. Dan akupun menuju mobil tempat Junsu dan Yoochun
menungguku.
-
Di dalam mobil. Mereka berdua
menatapku dengan ekspresi yang aneh. Ada apa dengan mereka?? Dasar Yoosu...
“Ada
apa dengan kalian berdua? Kenapa melihatku seperti itu? Aneh...”
“Jae,
tadi apa yang kalian bicarakan?”
akhirnya Yoochun angkat bicara.
“Tidak
ada..”
“Bohong...Kami
tahu kalau ada sesuatu tadi di dalam.”
kali ini Junsu yang bicara.
“Benar-benar
tidak ada apa-apa...”
Kulihat mulut mereka seolah
membentuk huruf O sebagai balasannya. Dan kamipun kembali pulang ke rumah kami
masing-masing.
Setelah mengantar mereka berdua.
Akupun pulang ke rumah.
-
-
Keesokan harinya, dan sama seperti
hari-hari sebelumnya. Aku berangkat ke kampus. Setelah sarapan tak lupa aku
mencium kedua pipi Umma dan pamit padanya. Sesuai dengan dugaanku. Jadwal
kuliah memang hanya sebentar. Hanya 2 jam saja, dan setelah itu tidak ada
jadwal kuliah lagi. Ini seperti membuang-buang waktu kan??
Aku tidak sabar menunggu selesainya
kuliah. Setelah selesai akupun mengajak Yoochun untuk menemaniku lagi. Tapi
kali ini dia tidak bisa. Dia sudah berjanji terlebih dahulu pada Junsu. Dia
akan mengantar Junsu pergi ke Daerah dekat perhotelan untuk urusan kuliahnya.
Apa boleh buat. Terpaksa aku pergi sendiri. Tapi sebelum ke rumah sakit. Aku
pulang ke rumah terlebih dahulu, dan memasakkan makanan kesukaan Yunho sewaktu
masih kecil. Kali ini aku benar-benar senang. Aku tidak sabar melihat ekspresinya
ketika aku membawa makanan ini. Terlebih ini asli buatanku sendiri. Aku memasak
sambil tersenyum sendiri membayangkannya...
Begitu selesai, aku langsung pamit
pada Umma dan melaju ke rumah sakit. Setibanya disana, Orangtua Yunho menyapaku
dan memperbolehkanku masuk.
Dan masih sama seperti sebelumnya.
Dia tersenyum manis ke arahku. Akupun membalas senyumannya.
“Yunho.
Bagaimana kabarmu? Apa sudah baikan? Sesuai janjiku kemarin aku sudah
membuatkan makanan untukmu. Ini adalah makanan kesukaanmu.”
“Ne...Aku
baik-baik saja. Kau benar-benar membawakan aku makanan ya? Aku pikir kau hanya
bercanda.”
“Tentu
saja tidak. Aku kan sudah berjanji padamu. Lagipula aku sendiri yang memasak
makanan ini. Kuharap kau suka.”
Segera aku membukanya dan menunjukkannya pada Yunho. Tapi aku melihat semburat
kekagetan begitu dia melihat dan mengetahui isinya.
“Ada
apa? Kau terlihat kaget sekali. Apa kau tak suka dengan makanan yang aku bawa
ini?”
“Aniyo...aku
hanya tidak menyangka kau bisa membuatnya. Kau sungguh hebat Jae.”
Tanpa menunggu lama-lama akupun mengambilkannya
sesendok dan menyuapinya. “
“Bagaimana?”
tanyaku.
“Enak.
Persis aslinya.” Jawabnya singkat.
“Haha...siapa
dulu yang buat? Jaejoong...”
ujarku bangga.
Tidak kusangka dia sanggup
menghabiskan makanan yang aku berikan barusan. Setelah selesai aku tersenyum
puas. Aku tidak menyangka dia akan menyukainya. Tapi tiba-tiba kedua orangtua
Yunho berteriak ke arah kami...
“JAE,
MAKANAN APA YANG BARU SAJA KAU BERIKAN PADA YUNHO ITU?”
“Hanya
makanan biasa saja omoni. Ini adalah makanan kesukaan Yunho.”
“APA??
KESUKAAN YUNHO?? SEAFOOD??”
“Ne... ini makanan kesukaan Yunho
saat masih kecil kan?”
“SEAFOOD?? Apa kau tidak tahu kalau
selama ini Yunho menderita kanker dan dia sudah mulai menghindari makanan itu
sejak lama. Seharusnya kau tahu kalau dia tidak boleh makan makanan itu lagi???”
“Jeongmal??
Aku sungguh tidak tahu omoni. Mian... Yunho, kenapa kau tidak memberitahuku
sejak awal?”
“Maaf
Jae, aku tidak mau merusak kebahagianmu itu. Lagipula mana mungkin aku menolak
masakan buatanmu? Aku tidak mau membuatmu sedih gara-gara aku tidak boleh
memakannya. Umma aku tidak apa-apa...Lihat kan? Aku masih bisa bicara seperti
ini?....Uhuk....Uhuk....”
“Yunho-ah.
Mian..Jeongmal mianhe...aku sungguh tidak tahu.”
“Tidak
apa-apa Jae. Jangan menyalahkan diri sendiri...Aku tidak apa.....apa....”
kali ini suaranya semakin parau. Aku takut jika terjadi sesuatu padanya. Ini
semua salahku. Seharusnya aku berpikir dulu. Gagal aku menjadi mahasiswa
kedokteran jika hal seperti ini saja akupun tidak tahu. Lalu mengenai
penyakitnya itu, sejak kapan Yunho menderita kanker?? Kenapa dia tidak pernah
memberitahuku??
“Yunho-ah....”
Aku rasa efek dari makanan tadi
sudah terjadi. Aku melihat wajahnya memucat. Walaupun begitu dia tetap bisa
tersenyum ke arahku. Aku jadi semakin panik. Tiba-tiba saja dia ambruk dan saat
ini dia ada dipelukanku. Air mataku mendadak mengalir dengan deras. Aku tak
bisa melakukan apapun untuk menolongnya.
“Yunho....Yun....” hanya kata-kata itu
saja yang bisa aku ucapkan saat ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku semakin
panik dan bingung. Kurasakan tubuhnya sekarang sedikit lebih dingin dari yang
tadi. Aku takut Yunho akan benar-benar meninggalkanku kali ini.
“Yunho....bertahanlah...aku
mohon....Kau tidak boleh meninggalkanku. Kau sudah berjanji padaku kan...
Yunho.... Yunho......”
aku menangis sejadi-jadinya... Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi
padanya. Aku takut. Aku benar-benar takut. Tiba-tiba saja tubuh Yunho melemas
dan dia mengatakan sesuatu seraya berbisik kepadaku.
“Mian
Jae.....saranghae...”
FIN
Eits...g jadi ah....
Dibuat TBC aja....
Haha... penasaran ngga ma
kelanjutanny?? Neg mau lanjut, q buat TBC ja. Tp klo dah puas, ya udah. Gini
juga ngga pa2 kog. Mian bahasanya ngga enak/jelek. Banyak kata2 yg diulang ya??
Keke....sengaja...*author baru yg gila
Ngga penasaran ma kelanjutannya???
Ya udah...
FIN. (titik)
Ok...ditunggu komennya...Komen
sangat penting. Mengingat FF ini yg semakin Geje ja.
Gomawo...