Cari Blog Ini

Jumat, 16 Desember 2011

tadi kan yang tulisannya... nah, sekarang ini adalah gambarnya... maklum, gambarnya nggak bisa di upload. hehehe... okeh, chekidot

TEKNIK MEREMAJAKAN DAN SEDIAAN JAMUR

hai...hai... lama nggak updet nih,hehehe... bukannya sibuk kok...tai mang nggak punya pulsa buat OL. oke deh,,, ni adalah tugas kelompok sih, malahan q nggak ikut buat kayaknya.. hahaha... tapi q dah ijin kok ma yang laen,jadi nggak pa2 kan?? oke, chekidot guys...

TEKNIK MEREMAJAKAN DAN SEDIAAN JAMUR

A. Sampel : Jamur yang akan dibiakan. B. Tujuan : Memurnikan, meremajakan, dan menyimpan mikroba terutama jamur. C. Prinsip : Inokulasi sediaan jamur pada media agar-agar cawan dan agar-agar miring. D. Dasar teori : Teknik peremajaan biakan adalah salah satu cara dalam upaya penyimpanan dan pemeliharaan mikroba. Peremajaan yakni dengan cara memindahkan atau memperbaharui biakan mikroorganisme dari biakan lama ke media tumbuh yang baru secara berkala. Inokulasi adalah salah satu cara peremajaan secara aseptik ke dalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula adalah bahan yang mengandung mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat. Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkannya. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Nutrisi dan lingkungan yang menunjang pertumbuhan mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis yang dapat mencegah adanya kontaminan dalam biakan diperlukan untuk mendapatkan kultur yang murni. Untuk meningkatkan keberhasilan inokulasi mikroba diperlukan beberapa media yaitu media tumbuh,peralatan,dan metode inokulasi. Membuat medium PDA (Potatoes Dextrose Agar) adalah langkah awal untuk proses pembiakan jamur. Bahan-bahan utama yang digunakan sebagai medium adalah kentang, dextrose dan agar. Selain PDA atau agar-agar dekstrosa kentang media lainnya yaitu, agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar ekstrak malt, dan agar-agar lengkap. Semua jenis media tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mengisolasi dan meremajakan biakan murni jamur. Sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu dengan perlakuan panas lembab. Sterilisasi dilakukan dalam autoklaf dengan uap air jenuh 15 lb/in2 selama 15 menit pada suhu 121 0C. Sebagai substrat untuk menumbuhkan biakan murni maka dibuat media agar-agar cawan dan media agar-agar miring. Kedua jenis media tersebut dibuat dari media buakan yang telah tersedia. Pada dasarnya kedua jenis media agar-agar tersebut adalah sama, yang membedakan hanyalah tempat yang digunakan. Media agar-agar cawan menggunakan tempat cawan petri, sedangkan media agar-agar miring menggunakan tabung reaksi. Untuk menyimpan jamur dapat dilakukan dengan metode kelaparan akan nutrien. Metode ini memiliki prinsip : masa miselium yang telah tumbuh dditekan atau dihambat pertumbuhannya dengan air suling steril. Oleh karena itu tidak ada nutrien maka biakan ini tidak tumbuh dan tetap hidup untuk waktu yang lama. Selain itu, perubahan genetika jamur juga dihambat. Berikut cara pemeliharaan biakan murni dengan memperlakukan jamur dalam kondisi kelaparan nutrien. 1. Jamur ditumbuhkan pada media yang sesuai sampai koloninya paling sedikit berdiameter 3 cm. 2. Koloni dipotong pada bagian yang sedang aktif tumbuh dengan menggunakan pipet steril yang berdiameter 6 mm. 3. Sebanyak 5-6potong koloni dimasukkan ke dalam botol kecil (cryvial) yang berisi air suling steril. 4. Botol-botol disimpan pada suhu kamar selama tujuh hari dan diamati keadaannya apakah terjadi kontaminasi atau tidak. 5. Biakan yang tidak terkontaminasi disimpan pada suhu kamar atau pada suhu 50C. Peremajaan dapat dilakukan langsung dari potongan koloni dengan menggunakan media yang sesuai. Pemeliharaan jamur juga dapat dilakukan dengan metode liofilisasi atau pengeringan beku yaitu dengan cara pengeringan beku, spora atau sel dibekukan ampul-ampul pada suhu sekitar -60oC kemudian disusul dengan penguapan air melalui sublimasi dalam keadaan hampa udara. Jamur yang disimpan dengan cara ini dapat dibiakkan kembali setelah beberapa tahun disimpan. Meskipun dengan liofilisasi sebagian besar jamur dapat dijaga kemampuannya bersporulasi dan kegiatannya berbiosintetis, ada sekelompok jamur tertentu yang tidak dapat diawetkan dengan cara ini, yaitu jamur yang biasanya disimpan dalam bentuk miselium karena tidak berbentuk spora pada media agar-agar. Pemeliharaan selanjutnya dengan pembekuan menggunakan nitrogen cair. Dengan perbaikan sistem pendinginan dan ketersediaan akan nitrogen cair, penyimpanan biakan di dalam nitrogen cair atau suhu beku yang rendah, yaitu -196oC, menjadi pilihan untuk menyimpan jamur. Untuk keperluan ini jamur disuspensikan didalam larutan gliserol 10% atau krioprotektan lainnya. Pendinginan harus dilakukan secara bertahap kira-kira 1oC/menit. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut (Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi). E. Alat dan bahan : • Alat yang digunakan: - Pembakar spiritus - Kawat ose - Alat penyemprot alkohol - Kotak steril - Korek api - Inkubator • Bahan yang digunakan : o Alkohol 70% o Media agar miring dalam tabung reaksi o Kultur mikroba F. Prosedur kerja : a. Kotak / ruangan steril disemprot dengan alkohol 70%, tunggu beberapa saat agar alkohol menguap,bakar lampu spiritus didalam kotak steril. b. Semprot kedua tangan dengan alkohol kemudian masukkan media agar miring dan kultur mikroba kedalam kotak steril. c. Beri label pada tabung tentang jenis jamur dan tanggal inokulasinya. d. Kedua tabung yang berisi media agar miring steril dan biakan mikroba dipegang dengan tangan kiri diantara jari-jari yang menjulur dan ibu jari yang kemudian letaknya agak sedikit direnggangkan e. Kawat ose dipegang dengan tangan kanan dan dipijarkan diatas nyala pembakar spiritus, kemudian didinginkan diudara (kawat ose jangan diletakkan dimeja) f. Sumbat kapas dari kedua tabung dibuka dengan tangan kanan dihimpit diantara jari-jari dan telapak tangan (jangan meletakkan sumbat kapas diatas meja) dan tabung dipegang dalam posisi horisontal (sedikit miring) g. Mulut tabung dibakar beberapa saat. h. Sentuhkan kawat ose didalam koloni dan pindahkan (goreskan) kedalam media agar miring steril secara zig-zag atau garis lurus i. Mulut tabung dipanaskan lagi beberapa saat, kemudian tutup kembali j. Kawat ose dipijarkan kembali dan boleh diletakkan diatas meja k. Inkubasi 25-30oC selama 3x 24jam. Melihat morfologi sediaan jamur dilakukan dengan 2 metode yaitu : 1. Secara langsung KOH 10-20% 1-2 tts Ditambah sediaan jamur Tutup dengan deck glass Amati dibawah mikroskop perbesaran 40x 2. Secara tidak langsung (khapang/ jamur) • Metode Heinrich’s (aseptis) Cara : - Siapkan objek glass, cover glass, tissue basah yang dimasukkan dalaM cawan dan sterilkan dengan autoclave - Beri lilin (parafin-petrolatun) steril pada sebelah kiri dan kanan tempat yang akan ditutup cover glass - Tutup dengan cover glass - Teteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada celah antara objek glass dan cover glass. Tekan cover glass agar merata. - Inkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam - Ambil preparat dan amati di bawah mikroskop • Metode Riddel (aseptis) Cara : - Persiapan sama seperti Metode Heinrich’s - Setelah steril, potong media SDA steril berbentuk kubus dan letakkan di atas objek glass - Inokulasikan spora jamur pada bagian atau potongan agar - Tutup potongan agar dengan cover glass - Inkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam - Ambil preparat dan amati di bawah mikroskop
INSTRUKSI KERJA

Instruksi Kerja adalah suatu perintah yang disediakan untuk membantu seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan benar atau suatu set instruksi untuk melakukan tugas atau untuk mengikuti prosedur. Tidak semua Prosedur harus dibuatkan Instruksi Kerjanya, pertimbangannya :Kerumitan dan kompleksitas aktivitas; Kualifikasi personel pelaksana; Sifat aktivitas (kritis tidaknya terhadap mutu, keselamatan, atau faktor lainnya); Struktur dan Isi Tidak ada bentuk bakunya, tetapi menurut good management practice di dunia industri; Secara garis besar memuat : Tahapan pelaksanaan aktivitas; Alat yang digunakan; Standar atau parameter yang dirujuk; Metode pengukuran, pengujian, dan pemeriksaan; Sumber daya pendukung lainnya;  Format dan Lay Out Dapat berupa :  Gambar;  Diagram alir (flow chart);  Uraian kalimat;  Kombinasi ketiga di atas;

Petugas yang merekomendasikan Instruksi Kerja
• Instruksi kerja wajib untuk sertifikasi ISO. ISO bersertifikat bisnis adalah meyakinkan untuk menjadi baik dan untuk memberikan produk yang berkualitas tinggi atau layanan kepada pelanggan.
• Banyak manajer yang telah mematuhi dengan memiliki Instruksi Kerja untuk setiap operasi siap untuk merekomendasikan mereka sebagai investasi yang baik untuk menghemat waktu dalam jangka panjang.

Penulis Instruksi Kerja
•Orang terbaik adalah siapa saja yang telah melakukan tugas.
• Orang yang telah ditemukan melalui jejak-kesalahan dan-cara terbaik untuk melakukan tugas.
• Orang yang telah menentukan persediaan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas

Waktu Yang Tepat Untuk Membuat Instruksi Kerja
• Sesegera mungkin dan sebelum mereka menjadi kebutuhan mutlak.
• Setelah Anda menyadari ada versi yang berbeda seperti banyak prosedur karena ada operator.
• Bila Anda lupa prosedur dan Anda harus kembali belajar proses sekali lagi.
• Ketika Anda mengenali proses ini harus dilakukan secara rutin (bulanan, kuartalan) tetapi tidak setiap hari.

Cara Menulis Instruksi Kerja
• Salah satu metode awal terbaik adalah mengikuti 5Ws + H seperti yang kita lakukan di sini. [Siapa, apa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana]
• Membubuhkan beberapa jenis coding dengan nama orang kontak pada setiap instruksi. Sertakan tanggal untuk versi awal dan diperbarui. Informasi ini membantu dalam kontrol dan distribusi dokumen.
• Jelaskan operasi dari awal sampai akhir. Hal ini mirip dengan set instruksi lisan Anda akan memberikan kepada siapa pun.

Contoh Instruksi Kerja REKAMAN DATA SISTEM MUTU PERALATAN SERTIFIKAT PENGUJIAN

Contoh Sertifikat Pengujian

Sumber

http://www.unclemaxsays.com/skills/SK_Pl_workinstructions.php http://www.docstoc.com/docs/20133458/V-CONTOH-SERTIFIKAT-HASIL-UJI-LABORATORIUM-LINGKUNGAN-BAPEDALDA