Cari Blog Ini

Sabtu, 26 November 2011

Fanfiction yunjae 1


Title                : Flashback
Chap                : 1 / 3
Author             : iceteacassie a.k.a. Aistiyana a.k.a. i5ryansmanda
Rating             : PG
Genre              : Yaoi, Angst, little Comedy (ngga tau ah...)
Cast                 : DBSK (except Changmin)
Warning          : Man x Man, Don’t Like Don’t Read

Anneyong haseyo....Apa kabar semuanya?? Aku harap kalian dalam keadaan baik sekarang. Hmmm... Sebelum aku memulai cerita ini, alangkah baiknya jika aku memberi sedikit penjelasan tertentu mengenai masalah kecil yang barusan sempat terjadi. Ini bukanlah masalah yang serius. Tapi aku ingin mengatakannya sekarang. Ini mengenai alasan mengapa aku bisa ada disini. Seharusnya sekarang aku tidak berhak untuk berdiri dan berbicara seperti ini. Authorlah yang lebih berhak untuk melakukannya. Tapi karena suatu alasan tertentu, dia memintaku untuk membantunya. Jadi... Yah... seperti inilah akhirnya.
Baiklah, aku rasa sudah cukup basa-basinya. Lebih baik aku mulai saja sekarang.  Hmmm... Bagaimana memulainya ya? Begini saja, seperti yang kalian lihat sekarang, Aku ini adalah seorang laki-laki. Disini Aku ingin menegaskan sekali lagi bahwa Aku adalah seorang LAKI-LAKI. Apa kalian ingin tahu kenapa aku menegaskan hal yang satu ini?? Alasannya sungguh sederhana yaitu karena aku tidak ingin kalian semua juga menganggapku seperti anggapan kebanyakan orang selama ini.
Ya... kurang lebih seperti itulah...
Lalu mengenai siapa aku ini, sebenarnya bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan lagi. Karena dalam cerita ini aku menjadi tokoh utamanya. Perkenalkan namaku adalah Kim Jaejoong. Dan di dalam cerita ini umurku 18 tahun. Aku tingggal di kota Chungnam bersama kedua orang tuaku. Cho Kyuhyun, beliau adalah seorang Umma bagiku. Sama halnya dengan diriku, Beliau juga seorang lelaki. Heran?? Sama... Aku juga heran. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa ada di dunia ini?? Dan aku pun juga tidak tahu bagaimana cara beliau melahirkanku?? Tapi ya sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Itu tidak masalah bagiku.
Hmmm.... Bicara tentang Umma, menurutku beliau adalah orang yang sangat cantik sekali. Walaupun beliau adalah seorang namja, tapi kecantikannya itu bahkan melebihi seorang yeoja sekalipun.
Umma juga sangat baik pada siapapun temasuk aku sendiri. Bagiku Umma adalah segalanya, terlebih lagi beliau juga memiliki senyuman mematikan yang pada akhirnya berhasil membuat seseorang jatuh hati padanya. Ya..... Orang itu adalah Appa....Kim Kibum. Appa bahkan rela melakukan apapun untuk mendapatkan senyuman maut milik Umma. Apapun caranya...Appa akan berusaha melakukannya meski hal itu sangat berat sekalipun... Pernah suatu ketika Appa rela dipermalukan di depan umum hanya sebatas untuk mendapatkan senyuman dari Umma. Eits, jangan pernah berpikir kalau Umma yang sengaja meminta Appa untuk melakukannya,  itu semua atas permintaan Haraboji semata. Karena pada awalnya Haraboji menentang hubungan mereka yang dianggap melanggar hukum dan agama. Ya.... Hal-hal seperti itu sudah biasa Appa lakukan. Keke... Dan hasil kerja payahnya itupun, akhirnya hubungan Appa dan Umma direstui juga. Dan pada akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia sampai sekarang....
Wah... Aku rasa aku sudah terlalu banyak menceritakan kisah mereka... Sekarang kembali pada diriku. Aku adalah anak tunggal Umma dan Appa. Alasan mereka tidak mau mempunyai anak lagi adalah.......
Hhaaah.....
Ini sebenarnya adalah hal yang sangat memalukan dan menyakitkan bagiku. Tapi apa boleh buat....Terpaksa aku harus menceritakannya, karena ini adalah salah satu perjanjianku dengan si Penulis.(Author angkat Jempol).
Kata Umma dan Appa, aku adalah produk gagal. (....ditimpuk Readers)
GAGAL.
Kata yang sangat menyakitkan bukan?? Kalian pasti setuju denganku kali ini...Mengapa mereka tega menggunakan kata itu?? Apakah tidak ada kata lain untuk menggantikannya?? Apa sesulit itukah menemukan kata penggantinya?? Aku juga tidak tahu. Tapi ya sudahlah... aku menurut saja... Sebenarnya alasan mereka menganggapku sebagai produk gagal adalah karena aku dilahirkan dengan wajah yang hampir menyerupai perempuan, cantik, kulitku putih mulus, rambutku hitam, lurus dan lembut, serta postur tubuhku pun ideal. Bahkan sampai hampir menginjak dewasa pun hal-hal itu semakin bertambah dan membuat pesonaku semakin berkembang. Aku jadi malu menceritakan hal ini. Keke... Tapi bukankah hal ini sangat aneh?? Setujukah kalian denganku?? Aku sendiri bingung dibuatnya. Memangnya ada yang salah dengan hal itu?? Bukankah itu patut dibanggakan?? Dan bukankah hal itu sangat diidam-idamkan oleh sebagian besar orang?? Setiap perempuan maksudku. Lalu kenapa?? Kenapa?? Wae Umma?? Wae Appa?? Mereka tidak pernah sekalipun mau menjawabnya. Bahkan mereka selalu mengganti topik pembicaraan jika aku bertanya tentang hal ini. Yah.... Mengecewakan...benar-benar sangat mengecewakan...tapi mau bagaimana lagi?? Aku menyerah. Aku sudah putus asa melakukannya. Aku yakin, suatu hari nanti mereka akan mengatakannya juga. Aku yakin itu. Tapi, terlepas dari itu semua. Aku sangat senang karena mereka sangat menyayangiku melebihi apapun. Dan aku bangga menjadi anak mereka.
Hmmm... Aku rasa, sudah cukup perkenalan dariku. Sekarang sudah menunjukkan pukul 08.00. Dan ini berarti, aku harus segera berangkat kuliah karena kuliah akan dimulai pukul 09.00. Oh iya, aku hampir lupa. Aku kuliah di Universitas terkenal dan favorit di Seoul. Dan aku mengambil jurusan Kedokteran di sana. Aku adalah salah satu murid yang tergolong cerdas. Terbukti dengan banyaknya piala, piagam penghargaan dan segudang prestasi yang aku peroleh di bidang akademik. Terlebih lagi, aku juga pernah hampir diikutkan dalam program akselerasi. Tapi dengan halus aku menolaknya. Alasannya sangat sederhana menurutku, yaitu karena aku tidak ingin cepat meninggalkan hari-hari menyenangkan menjadi seorang mahasiswa dan menggantinya dengan hari-hari penuh beban sebagai seorang pekerja, apalagi dokter. Itu tidak asyik. Aku tidak bermaksud menganggap pekerjaan sebagai sebuah beban. Tapi ini berarti aku harus mencurahkan tenaga dan pikiranku untuk semua pasien-pasienku suatu saat nanti. Lebih baik, aku menikmati sisa-sisa hariku sebagai mahasiswa dengan melakukan hal-hal yang lebih berguna dan menantang lainnya. Benar kan??
Wah... tidak kusangka hanya untuk menceritakan hal seperti ini saja, waktu sudah terlewat 20 menit dengan cepat. Waktu memang cepat berlalu jika digunakan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti ini. Dan sekarang adalah saatnya aku harus bergegas agar tidak terlambat kuliah. Setelah merapikan diri, akupun menuruni tangga karena kebetulan kamarku berada di lantai dua dan aku langsung menuju meja makan. Di sana sudah ada Umma yang menungguku.
“Umma, aku pergi dulu. Aku hampir terlambat.Dengan segera kucium kedua pipi Umma dan bergegas menuju garasi.
Jae, sarapan dulu. Atau setidaknya bawa bekalmu...teriak Umma.
”Tidak sempat Umma. Mian...”jawabku setengah berteriak.
Hati-hati di jalan.Teriak Umma lagi.
“Oke, Umma. Aku pergi dulu.dengan segera kutancapkan gas dan aku melajukan mobilku menuju kampus. 
Sesampai di kampus. Seperti yang sudah kuduga sebelumnya. Aku terlambat. Songsaenim hampir saja melarangku masuk, tapi pada akhirnya diperbolehkan juga. Sesaat sebelum dipersilahkan duduk, Songsaenim memberi beberapa pertanyaan sebagai gantinya. Tanpa suatu keraguan, akupun menjawab semua pertanyaan yang diberikannya itu. Dan akhirnya, aku boleh duduk juga. Tetapi, tidak seperti biasanya. Aku duduk di kursi paling belakang. Biasanya aku langsung menyambar kursi terdepan agar bisa mendengar suara Songsaenim dengan jelas. Ya...Begitulah... pendengaranku agak terganggu akibat kecelakaan mobil bersama dengan temanku kira-kira dua minggu yang lalu. Saat itu mobil kami menabrak truk yang oleng secara tiba-tiba di jalan. Dan akhirnya mobil yang kami kendarai terbalik dengan mudahnya dan terseret sejauh kurang lebih dua meter. Beruntung saat itu aku sedang duduk di kursi belakang sehingga aku hanya mengalami luka ringan di bagian tangan dan kaki serta pendengaranku yang sedikit agak terganggu. Itupun aku harus menjalani perawatan selama hampir satu minggu. Tapi berbeda halnya dengan temanku, sampai saat ini dia masih berada di Rumah Sakit. Dia mengalami luka akibat benturan di kepalanya dan katanya itu tidak terlalu parah. Seingatku, dokter pernah bilang kalau dia sudah boleh pulang minggu ini karena kondisinya yang berangsur membaik. Tapi ternyata dia masih belum pulang juga. Alasannya mungkin karena pusing yang sering dialaminya itu. Tapi mungkin juga karena ini adalah permintaan Ummanya yang terlalu khawatir. Aku tidak tahu mana yang benar. Intinya aku sangat sedih mendengar hal ini. Hampir setiap hari aku menjenguknya. Karena bagaimanapun juga dia itu adalah teman baikku sejak kecil.
Yah.... Aku  rasa ini sudah cukup. Sekarang kembali ke perkuliahan. Saat ini Songsaenim sudah mulai sibuk dengan penjelasan-penjelasan panjang lebarnya. Tak lupa dia juga menuliskan sesuatu di papan tulis. Aku hanya bisa duduk dan menatap gerak-gerik tubuhnya itu dari sini. Suaranya pun juga tidak begitu jelas di telingaku. Sehingga tanpa kusadari, selama beberapa saat aku jadi melamun dan memikirkan perkataan Appa kemarin.

FLASHBACK

“Jae...panggil Appa.
Sedari tadi Appa berada disampingku dan sedang menonton acara televisi yang menurutku selalu membosankan. Kebetulan saat ini, remote tv berada dalam genggamanku. Mendengar suara Appa, sontak aku memberikan remote itu.
Bukan Jae...tolak Appa halus.
“Owh...... Aku pikir Appa ingin mengganti chanel tv nya karena tidak suka lagi dengan acara yang kita tonton ini.”
“Bukan itu Jae. Appa ingin mengatakan sesuatu padamu. Dan Appa harap kau tidak marah.
Seketika itu suasana sedikit hening. Kami saling diam. Hanya terdengar suara tv yang menyala. Aku hanya bisa memandang wajah Appa dengan tatapan bingung. Memangnya Appa ingin mengatakan apa?? Tumben sekali Appa mau mengajakku berbicara serius seperti ini. Aku jadi penasaran.
“Ada apa? Appa ingin memintaku untuk membantu Appa lagi? tanyaku heran.
Bukan itu juga Jae....Sekarang wajah Appa semakin serius menatapku.
Lalu ada masalah apa? Jangan membuatku semakin penasaran saja,Appa.
Sebenarnya Appa ingin membahas tentang penikahanmu.
Seketika itu pula aku menatap Appa dalam diam dan penuh keheranan. Kenapa tiba-tiba Appa ingin membahas tentang pernikahanku?? Bukankah ini terlalu dini untuk membicarakan hal-hal seperti itu mengingat umurku yang masih terbilang muda?? Appa jadi semakin aneh saja.
Appa sudah mendapatkan jodoh yang cocok untukmu. Dan Ummamu juga menyetujuinya. Dia adalah anak teman Appa.”
Jeongmal?? Hmmm... Seperti apa dia? tanyaku, karena sebenarnya aku semakin penasaran dengan arah pembicaraan ini .
Dia adalah anak yang baik. Appa sudah bertemu dan sempat berbincang-bincang dengannya. Appa rasa dari perbincangan itu, Appa yakin dia cocok denganmu dan kepribadianmu. Appa sangat yakin dengan hal ini. Apalagi menurut Appa dia itu sangat tampan, dan dia pantas dijodohkan denganmu Jae...
Deg. Jantungku serasa berhenti berdetak untuk beberapa detik. Dijodohkan?? Apa?? Tidak !! Sekarang ini bukanlah jaman perjodohan lagi Appa.....!!! Pasti Appa sedang bercanda saat ini. Ya.... pasti sedang bercanda. Tunggu... tapi Appa bilang tadi dia Tampan?? Omo.....Nafasku seakan berhenti seketika... rasanya diriku sedang mengalami Syok. Tampan?? Itu berarti dia juga seorang namja sepertiku??  Andwe....Andwe.... aku berteriak sekeras-kerasnya di dalam hati dan sesaat aku berpikir kalau Appa sudah mulai gila. Gila karena mempunyai anak yang dianggap sebagai Produk Gagal sepertiku. Aku temenung untuk sesaat sampai Appa mulai berbicara lagi....
Jae, Appa tidak ingin memaksamu. Appa tahu kau pasti bingung dengan keputusan yang Appa dan Umma buat ini. Tapi ini semua untuk kebaikanmu juga Jae. Appa harap kau mempertimbangkannya. Appa ingin yang terbaik untuk anak Appa. Jika kau bersedia, kau harus mengatakannya pada Appa. Arraseo?? Sesaat setelah mengatakannya Appa pun pergi dan meninggalkanku sendiri dengan pikiran-pikiran aneh di otakku.

END of FLASHBACK

Tiba-tiba lamunanku terhenti ketika ada seseorang yang mengibas-ngibaskan tangannya di hadapanku.
Jae...Jae....ujar lelaki di hadapanku itu.
Ne...”jawabku sekenanya.
ya..! kau melamun ya?? Aduh, tidak baik melamun siang-siang seperti ini Jae... tegurnya.
Ani....aku tidak sedang melamun. Aku hanya termenung sebentar saja..”  alasan yang tidak masuk akal menurutku.
Sebentar kau bilang? Lihat... !! Songsaenim sudah pergi sejak tadi. Kau ini bagaimana? ujarnya lagi sambil menunjuk ke arah depan kelas.
..... aku pun hanya terdiam mendengar omelannya tadi.
Dasar kau ini...Oh iya...nanti kita jadi menjenguk Yunho lagi kan?tanyanya.
Eh...Iya...Yoochun-ah.
Good..kita ajak juga Junsu. Kebetulan dia hampir selesai kuliahnya.
Ide yang bagus. Nanti pakai mobilku saja. Bagaimana?
Ok...”
Setelah kuliah selesai kami pun akhirnya pergi ke rumah sakit tempat Yunho dirawat.
Kali ini Yoochun yang mengemudi. Aku dan Junsu duduk di belakang karena tempat duduk disamping Yoochun telah diisi oleh buah-buahan yang sengaja kami beli untuk oleh-oleh. Oh iya...Aku belum mengenalkan pada kalian siapa itu Junsu,Yoochun, dan Yunho.
Yoochun adalah temanku satu kampus. Dia mengambil jurusan yang sama denganku. Kami selalu pergi bersama kemana-mana. Dia juga tidak keberatan menemaniku pergi ke perpustakaan atau menjenguk Yunho seperti yang dia lakukan saat ini. Dia sangat baik padaku. Dia juga sangat tampan dan juga tergolong anak yang berprestasi. Sementara Junsu adalah teman Yoochun dari kecil. Karena aku dan Yoochun berteman, otomatis aku juga berteman dengan Junsu. Berbeda dengan kami, dia mengambil jurusan arsitek. Dia bilang bahwa dia ingin membangun rumah idamannya, dengan hasil pemikirannya sendiri. Junsu orangnya sangat imut, periang dan juga ramah. Aku suka dengan sikapnya itu. Dia selalu mencerahkan suasana apabila ada hal buruk yang sedang terjadi. Kemudian yang terakhir, Yunho. Orang yang akan kami jenguk itu. Seperti yang sudah aku katakan tadi. Dia adalah temanku sejak kecil. Kami tinggal bertetangga. Oleh karena itu kami sangat akrab. Dia kuliah di Universitas yang sama denganku tapi dia mengambil jurusan Teknik Mesin. Bicara tentang kepribadiannya, Yunho itu adalah anak yang baik sekali. Dia selalu menolongku jika aku merasa kesulitan atau sedang berada dalam masalah. Ketika aku sedang merasa sendirian atau merasa kesepian pun, tanpa diragukan lagi dia akan meluangkan waktunya dan menemaniku. Dia sungguh baik kan?? Dia juga tampan. Bahkan sangat tampan. Aku jadi iri melihatnya.  Kami tumbuh bersama-sama. Semakin dewasa, dia terlihat semakin gagah, keren dan tampan. Sementara diriku ini, semakin dewasa aku malah terlihat semakin cantik. Oleh sebab itulah, tidak jarang orang-orang menganggapku sebagai perempuan. Aku benci dengan hal itu. Aku ingin mereka menganggapku sebagai Namja yang keren, Namja yang tampan, Namja yang gagah atau setidaknya hanya sebatas Namja pun tidak masalah bagiku. Asal bukan dianggap sebagai Yeoja.
Tapi terlepas dari itu semua, aku rasa ketiga temanku ini tetap menganggapku sebagai seorang Namja. Terbukti dari sikap mereka padaku. Dan oleh karena itulah aku bangga dan senang menjadi teman mereka.
Hmmm.... Tidak kusangka, setelah bercerita panjang lebar seperti ini. Kami pun akhirnya sampai di tempat tujuan kami. Rumah Sakit tempat Yunho dirawat. Setelah mencari kamar dimana Yunho dirawat, akhirnya kami menemukannya juga. Tidak sulit mencari tempatnya karena kami sudah hafal betul jalan menuju kamarnya itu. Tanpa berlama-lama lagi kami pun masuk ke kamarnya. Di dalam kami bertemu dengan kedua orang tua Yunho. Mereka selalu menjaganya setiap hari. Dan mereka selalu mengawasinya setiap saat.
Di dalam sana dan masih sama seperti hari-hari sebelumnya... Selang infus masih saja menancap di lengan Yunho. Begitu pula selang-selang yang lain. Tubuhnya semakin hari malah semakin kurus saja. Aku jadi sedih melihatnya.
Hmmm... Baiklah. Kembali ke kamar Yunho sekarang. Setelah becakap-cakap sebentar dengan orang tua Yunho, kami bertiga pun diperbolehkan berbicara dengannya.
Yunho tersenyum ketika melihat kedatangan kami. Dan aku rasa dia pun berusaha untuk terlihat tegar di hadapan kami.
Sesaat kami saling berpandangan dalam diam dan akhirnya Junsu memecah suasana hening itu dengan berkata,Yunho, bagaimana kabarmu? Apa kau merasa baikan? Kami sangat khawatir padamu. Lihat ! Kau jadi kurus seperti ini. Apa kau tidak makan? Apa nafsu makanmu berkurang? Bagaimana dengan kepalamu itu? Masih sakit? Hmmm... aku harap sebentar lagi kau akan sembuh.... Semangat ya !!
Kau itu tidak usah bertanya dan berbicara sebanyak itu Su... kali ini Yoochun yang berbicara.
Arrrggghhhh....Kau ini Yoochun, berhentilah menasehatiku terus. Aku sudah tahu. Tidak usah kau beritahu lagi... aku kan hanya ingin memberi semangat pada Yunho saja....Gara-gara kau niat baikku itu gagal...Dasar kau ini...
Sudah....Sudah...Kalian ini tidak di kampus, tidak di jalan, bahkan sekarang di rumah sakit pun menjadi tempat pertengkaran kalian...Sudah....Sudah....”kali ini aku yang bicara.
Kau itu sama saja Jae...Sudah tahu temannya butuh dukungan. Kenapa malah diam saja tidak jelas seperti itu. Membuatku tidak sabar saja. omel Junsu.
Kalian ini...Tidak berubah ya? Masih seperti itu... akhirnya Yunho pun berbicara, dan tak lupa dia juga tersenyum kepada kami semua. Perdebatan kami pun akhirnya ditengahi oleh Yunho. Seketika itu pula kami pun tertawa bersama-sama mengingat hal konyol yang baru saja kami lakukan tadi.
Yaahh.... Pada akhirnya, kami pun saling berbincang dan saling tertawa. Dan tanpa kami sadari, jam besuk pun sudah berakhir. Saatnya kami pamit untuk pulang. Setelah berpamitan pada Yunho kami pun juga pamit pada orangtuanya. Tetapi sesaat sebelum pergi, Yunho memintaku untuk berbicara berdua bersamanya. Yoochun, Junsu, dan kedua orang tua Yunho memakluminya dan memberi kami kesempatan untuk berbicara.
Ada apa Yunho?
““....”
Kenapa? Apa ada hal yang ingin kau sampaikan padaku?
....
Wae? Kenapa masih diam saja? Kau sengaja membuatku menunggu agar aku semakin penasaran kan? Mengaku saja....”
....
Hhhaaahhh.... Lelah aku menunggunya berbicara. Dari tadi dia hanya diam saja. Dia memang suka melakukan hal ini padaku. Suka membuatku penasaran. Kebiasaannya tidak pernah berubah. Selalu seperti itu. Menyebalkan. Memangnya dia mau bicara apa sih?? Apa sampai sebegitunya sampai-sampai dia kesulitan untuk merangkai kata-kata??
Jae...
Apa? Akhirnya kau bicara juga. Kali ini apa lagi yang kau rencanakan? Setelah membuatku menunggu dan menbuatku penasaran. Apa lagi? tanyaku dengan sinis.
Menurutmu... Aku itu orang yang seperti apa?
Sontak aku kaget dengan pertanyaan yang diberikannya itu. Kenapa tiba-tiba dia menanyakan hal aneh seperti itu??
Aneh...
Ya...aku rasa itu adalah kata yang sangat tepat untuk menggambarkannya saat ini... Apa ini akibat luka di kepalanya itu?
Aneh sekali.
Wae? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?
.....
Lagi-lagi dia diam saja mendengar pertanyaanku. Menyebalkan sekali.
Lalu tatapannya padaku itu...
Aarrggghhhh.....Kenapa dia menatapku seperti itu?? Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Aku harus berkata apa coba?? Pertanyaannya aneh. Tatapannya pun juga aneh.  Jadi apa yang bisa kukatakan?? Aduh....Aku jadi bingung sendiri. Lalu kenapa suasananya tiba-tiba hening dan menakutkan seperti ini?? Dan kenapa dia masih memandangiku seperti itu terus?? Omooo.....aku bingung sekali....apa yang harus aku lakukan??
Hmmm..... Aku hanya ingin tahu saja. Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu padaku..
Ya Tuhan...Akhirnya dia berkata juga...tapi kenapa malah kata-kata itu yang dia katakan...?? Omooo !!.... apa maksudnya coba?? Dia aneh sekali...Sama seperti Appa kemarin. Apa yang harus kukatakan sekarang??
Owh...itu...Hmmm...Menurutku kau itu..... orang yang sangat baik sekali dan...hmmm...apa ya?? Kau itu... adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Kurang lebih begitulah. aku bingung harus bicara apa lagi. Semakin lama dia semakin membuatku jadi salah tingkah. Aku harap jawabanku itu sudah benar. Tapi kulihat sekarang raut wajahnya malah berubah murung. Dan aku rasa dia kecewa dengan jawaban yang aku berikan tadi. Memangnya dia ingin aku menjawab apa?? Aduh...Aku malah semakin menyesali kalimat yang begitu saja terlontar dari mulutku tadi.
Aaaa...Yunho-ah...Wae?? Apa ada yang salah dengan jawabanku tadi? setelah mendengar ucapanku, kulihat dia malah memalingkan wajahnya dariku dan menundukkan kepalanya. Dan aku juga melihat semburat kesedihan di wajahnya itu. Aku jadi tidak tega melihatnya. Tapi apa yang bisa aku lakukan?? Saat ini aku malah semakin bingung dengan sikapnya  ini.
Ya sudahlah...tidak apa-apa... aaa... Jae-ah, kau benar-benar menganggapku sebagai sahabatmu? Tidak lebih?
....” aku tidak bisa berkata apapun. Dia bicara seperti itu sambil tersenyum kepadaku. Tapi aku rasa senyum itu adalah senyum yang dipaksakan. Aku yakin itu.
Aku rasa kau memang menganggapku seperti itu. Hmmm... Bolehkah aku memelukmu sebentar, Jae ? tanyanya.
Ne...jawabku singkat.
Tiba-tiba dia langsung merengkuh dan memelukku. Erat sekali. Seperti tidak mau melepaskannya saja. Akhirnya mau tidak mau aku membalas pelukannya itu. Kurasakan tubuhnya sangat kurus. Tidak kusangka akan sekurus ini. Lagi-lagi aku jadi merasa sedih. Entah sampai kapan perasaan ini muncul. Kenapa pada akhirnya dia yang selalu menderita gara-gara aku?? Aku memang pembuat masalah. Aku memang tidak berguna. Maafkan aku Yunho. Kau tidak akan jadi seperti ini jika bukan gara-gara aku...

FLASHBACK

Di ruang dekat garasi.
Yunho-ah...mau ya....ya....ya....?? tanyaku manja sambil menarik-narik lengan bajunya.
Hentikan Jae...jangan menarik bajuku seperti ini...Hentikan...Iya...Iya...akan aku antar. Tapi pakai mobilku saja. Bagaimana??
Ok....Kau memang sahabat terbaikku Yunho....Kyaaaa...... saking senangnya aku langsung memeluknya. Tanpa kusadari Yunho pun membalas pelukanku. Bahkan pelukannya sangat erat. Aku sangat senang dipeluk olehnya seperti ini. Pelukannya sangat hangat. Aku merasa sangat nyaman sekali. Entah kenapa jika aku berada didekatnya, aku merasa aman. Dia akan selalu melindungiku seperti janjinya saat kami masih kecil dulu. Dan aku sangat senang diperlakukan seperti itu.
Aku senang bisa memelukmu setiap saat seperti ini Jae... mendengar ucapannya, entah kenapa aku langsung melepas pelukanku. Apa maksud ucapannya kali ini??
Kenapa kau bicara seperti itu, Yunho? bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah memandangku lekat-lekat dan tersenyum manis. Tapi menurutku senyuman yang diberikannya itu sangat aneh dan menakutkan. Aku jadi bergidik ngeri melihatnya. Lalu tiba-tiba dia memelukku lagi. Dan kali ini lebih erat daripada sebelumnya. Malah dia membuatku sesak nafas.
Yun...ho...lepas...kan...aku....se...sak...aaa.....hen...tikan.... aku tidak bisa melepaskan diri dari pelukannya itu, tenaganya terlalu besar. Tapi akhirnya dia melepas pelukannya juga.
Aku jadi terengah-engah. Seperti habis melakukan lomba lari jarak pendek saja. Udara seakan sulit sekali menemukan jalan untuk mengisi rongga paru-paruku ini. Kira-kira seperti itulah rasanya. Terlebih senyuman aneh yang lagi-lagi dia berikan itu. Membuatku semakin merasa aneh....
“Berhentilah menatapku seperti itu Yunho...Kau benar-benar membuatku takut.
Memangnya kenapa? Kau tidak suka? Haa...???” kali ini dia benar-benar membuatku semakin takut saja. Tatapannya itu bagaikan tatapan seekor singa yang telah berhasil menemukan mangsanya. Dan kali ini aku yang jadi mangsanya. Jadi untuk menghentikan aksi aneh Yunho lainnya, aku langsung kabur menuju garasi tempat mobil Yunho terparkir.
Ya..Jae !! Jangan lari... teriak Yunho. Tapi aku tidak memperdulikan teriakannya itu. Aku tetap saja berlari. Berpura-pura tidak mendengarnya....
-
-
Akhirnya kami pun pergi dengan membawa mobil Yunho. Kali ini dia harus mengantarku ke perpustakaan daerah. Sesampai disana, dia menolak untuk kuajak masuk. Katanya dia alergi dengan buku. Aneh kedengarannya. Mengingat dia adalah salah satu murid yang terbilang pandai. Lalu bagaimana dia bisa sepintar itu jika dia alergi dengan buku?? Aneh kan?? Aku rasa dari dulu dia memang aneh.
Hmmm... sampai dimana aku tadi...?? Oh iya, di perpustakaan. Setelah mendapatkan buku yang aku cari. Aku langsung meminjamnya dan pergi keluar.
Kulihat Yunho sedang duduk di kursi panjang dekat sebuah pohon dan dia sedang membawa sesuatu di tangannya. Aku rasa, dia membawa sebuah kotak kecil yang berwarna hitam. Tapi mengenai kotak itu, aku sendiri juga tidak tahu.
Aku sengaja diam-diam mendekatinya agar dia kaget. Dan benar saja. Dia sangat kaget. Wajahnya sangat lucu sekali. Kau pasti penasaran kan?? Aku saja jadi terpingkal-pingkal melihat ekspresi di wajahnya itu. Lucu sekali... Setelah melihatku tertawa dia langsung berdiri dan.....
Keterlaluan !!! Dia meninggalkanku lalu menuju mobil dan melajukannya. Dia seolah-olah sengaja meninggalkanku sendiri... Aku mengumpat-umpat sebisanya... Dia sungguh menyebalkan...!!
-
-
Kini aku terduduk di kursi dan berharap dia akan kembali. Tapi orang yang kutunggu itu tak kunjung datang juga. Akhirnya aku menelponnya. Begitu dia mengangkat panggilanku aku langsung berteriak sejadi-jadinya.
Kyaaaaaaa......Yunho !!!
Ne....ada apa Jae? Jangan berteriak seperti itu...jawabnya datar.
Apa maksudmu dengan meninggalkanku disini, hah?? Ayo cepat kemari...!!  Jemput aku...
Tenang Jae...
Bagaimana kau bisa menyuruhku untuk tenang?? Sementara kau meninggalkanku sendiri disini?? Kau keterlaluan Yunho...Cepat kembali...!!
Ya...Ya...salah siapa tadi menertawaiku seperti itu??
Salah siapa? Aku hanya tertawa saja. Kenapa kau membalasku sampai seperti ini??
Aku kan tidak suka kau menertawaiku seperti itu Jae, itu menyakitkan...
Apa !! Huft.....Pokoknya cepat kembali...
Ok...Ok...tunggu ya...dan jangan menertawaiku lagi...Arraseo??
Ne... Cepatlah...
Tak seberapa lama kemudian dia datang juga dan kami langsung pulang ke rumah.
Kali ini, aku memilih untuk duduk di kursi belakang. Kami saling diam. Aku masih kesal dengan sikapnya tadi. Seenaknya saja. Dia juga tidak berkata apapun.
Tetapi setelah beberapa saat akhirnya dia berbicara juga.
Aku punya firasat buruk. Hmmm.... Jae, mianhe. Tadi aku meninggalkanmu disana. Sebenarnya aku tidak berniat melakukannya. Tadi aku hanya sedikit kesal. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku janji.”ujarnya pada bayanganku di kaca spion dalam mobil. Dia berbicara sambil tetap fokus memperhatikan jalanan.
Ne... jawabnya malas. Aku sendiri masih kesal dibuatnya.
Jae, bicaralah sesuatu...Kau marah padaku?”
....
Kenapa masih diam saja? Baiklah...kau boleh meminta apapun asal kau tidak marah lagi padaku. Bagaimana?
...
Ayolah Jae....Jangan bersikap begitu padaku...Aku tahu kalau aku salah...Jadi maafkan aku ya.... pinta Yunho.
Aku rasa, dia memohon padaku dengan tulus. Aku tidak tega melihatnya...Dia menatapku melalui kaca spion dengan tatapan puppy eyesnya... Aku jadi merasa tidak tega.
Baiklah...tapi kau harus janji untuk tidak akan meninggalkanku lagi... kuulurkan jari kelingkingku sebagai tanda dan diapun membalasnya.
Ok, aku janji.
Sesaat setelah itu, kulihat didepan ada sebuah truk sedang terjungkal dan terguling di tengah jalan. Sontak aku berteriak.
Awas....!!!!
Yunho yang baru menyadarinya pun langsung membanting setir ke arah lain agar kami tidak menabrak truk itu. Tapi naasnya... mobil yang kami kendarai seolah-olah menolaknya. Mobil tidak mau berbelok sesuai perintah sang pengemudi. Aku sangat ketakutan dan terus-terusan mengucap mantra-mantra doa agar kami selamat dari kejadian naas ini.
Kulihat Yunho tidak menyerah dan terus mencoba untuk membelokkannya. Tapi apa yang dia lakukan sia-sia saja. Mobil kami tetap melaju lurus.
Seketika itu pula aku hanya melihat kegelapan didepanku. Aku bahkan tidak melihat Yunho. Aku merasa kalau ini adalah akhir bagiku. Ya aku rasa ini adalah kematianku....

END of FLASHBACK

Di kamar Rawat Yunho.
Kami masih saling berpelukan. Dan masih tetap erat seperti tadi.
Yunho, aku rasa tubuhmu semakin kurus saja...Kau tidak apa-apa kan?
Hmmm...makanan disini tidak enak.
Haha..kau ini...Kau harus tetap makan. Lihat ! tubuhmu jadi seperti ini kan akhirnya?”
“Iya....Iya...
Akupun melepaskan pelukan kami sembari berkata,Bagaimana kalau besok aku bawakan kau makanan saja? Aku harap kau mau makan dan tidak sekurus ini lagi Yunho.
Ne.. Itu ide yang bagus.
Sudah ya..aku pulang dulu. Aku hendak langsung pergi keluar. Tapi seketika itu pula Yunho menarik tanganku.
Ada apa?” tanyaku.
Kau akan tetap menjengukku kan Jae?
Tentu saja Yun.
Gomawo... setelah itu dia akhirnya melepas tanganku. Dan akupun menuju mobil tempat Junsu dan Yoochun menungguku.
-
Di dalam mobil. Mereka berdua menatapku dengan ekspresi yang aneh. Ada apa dengan mereka?? Dasar Yoosu...
Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa melihatku seperti itu? Aneh...
Jae, tadi apa yang kalian bicarakan? akhirnya Yoochun angkat bicara.
Tidak ada..
Bohong...Kami tahu kalau ada sesuatu tadi di dalam. kali ini Junsu yang bicara.
Benar-benar tidak ada apa-apa...
Kulihat mulut mereka seolah membentuk huruf O sebagai balasannya. Dan kamipun kembali pulang ke rumah kami masing-masing.
Setelah mengantar mereka berdua. Akupun pulang ke rumah.
-
-
Keesokan harinya, dan sama seperti hari-hari sebelumnya. Aku berangkat ke kampus. Setelah sarapan tak lupa aku mencium kedua pipi Umma dan pamit padanya. Sesuai dengan dugaanku. Jadwal kuliah memang hanya sebentar. Hanya 2 jam saja, dan setelah itu tidak ada jadwal kuliah lagi. Ini seperti membuang-buang waktu kan??
Aku tidak sabar menunggu selesainya kuliah. Setelah selesai akupun mengajak Yoochun untuk menemaniku lagi. Tapi kali ini dia tidak bisa. Dia sudah berjanji terlebih dahulu pada Junsu. Dia akan mengantar Junsu pergi ke Daerah dekat perhotelan untuk urusan kuliahnya. Apa boleh buat. Terpaksa aku pergi sendiri. Tapi sebelum ke rumah sakit. Aku pulang ke rumah terlebih dahulu, dan memasakkan makanan kesukaan Yunho sewaktu masih kecil. Kali ini aku benar-benar senang. Aku tidak sabar melihat ekspresinya ketika aku membawa makanan ini. Terlebih ini asli buatanku sendiri. Aku memasak sambil tersenyum sendiri membayangkannya...
Begitu selesai, aku langsung pamit pada Umma dan melaju ke rumah sakit. Setibanya disana, Orangtua Yunho menyapaku dan memperbolehkanku masuk.
Dan masih sama seperti sebelumnya. Dia tersenyum manis ke arahku. Akupun membalas senyumannya.
Yunho. Bagaimana kabarmu? Apa sudah baikan? Sesuai janjiku kemarin aku sudah membuatkan makanan untukmu. Ini adalah makanan kesukaanmu.
Ne...Aku baik-baik saja. Kau benar-benar membawakan aku makanan ya? Aku pikir kau hanya bercanda.
Tentu saja tidak. Aku kan sudah berjanji padamu. Lagipula aku sendiri yang memasak makanan ini. Kuharap kau suka. Segera aku membukanya dan menunjukkannya pada Yunho. Tapi aku melihat semburat kekagetan begitu dia melihat dan mengetahui isinya.
Ada apa? Kau terlihat kaget sekali. Apa kau tak suka dengan makanan yang aku bawa ini?
Aniyo...aku hanya tidak menyangka kau bisa membuatnya. Kau sungguh hebat Jae.
Tanpa menunggu lama-lama akupun mengambilkannya sesendok dan menyuapinya. “Bagaimana?” tanyaku.
Enak. Persis aslinya. Jawabnya singkat.
Haha...siapa dulu yang buat? Jaejoong... ujarku bangga.
Tidak kusangka dia sanggup menghabiskan makanan yang aku berikan barusan. Setelah selesai aku tersenyum puas. Aku tidak menyangka dia akan menyukainya. Tapi tiba-tiba kedua orangtua Yunho berteriak ke arah kami...
JAE, MAKANAN APA YANG BARU SAJA KAU BERIKAN PADA YUNHO ITU?
Hanya makanan biasa saja omoni. Ini adalah makanan kesukaan Yunho.
APA?? KESUKAAN YUNHO?? SEAFOOD??”
“Ne... ini makanan kesukaan Yunho saat masih kecil kan?”
“SEAFOOD?? Apa kau tidak tahu kalau selama ini Yunho menderita kanker dan dia sudah mulai menghindari makanan itu sejak lama. Seharusnya kau tahu kalau dia tidak boleh makan makanan itu lagi???”
Jeongmal?? Aku sungguh tidak tahu omoni. Mian... Yunho, kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal?
Maaf Jae, aku tidak mau merusak kebahagianmu itu. Lagipula mana mungkin aku menolak masakan buatanmu? Aku tidak mau membuatmu sedih gara-gara aku tidak boleh memakannya. Umma aku tidak apa-apa...Lihat kan? Aku masih bisa bicara seperti ini?....Uhuk....Uhuk....
Yunho-ah. Mian..Jeongmal mianhe...aku sungguh tidak tahu.
Tidak apa-apa Jae. Jangan menyalahkan diri sendiri...Aku tidak apa.....apa.... kali ini suaranya semakin parau. Aku takut jika terjadi sesuatu padanya. Ini semua salahku. Seharusnya aku berpikir dulu. Gagal aku menjadi mahasiswa kedokteran jika hal seperti ini saja akupun tidak tahu. Lalu mengenai penyakitnya itu, sejak kapan Yunho menderita kanker?? Kenapa dia tidak pernah memberitahuku??
Yunho-ah....
Aku rasa efek dari makanan tadi sudah terjadi. Aku melihat wajahnya memucat. Walaupun begitu dia tetap bisa tersenyum ke arahku. Aku jadi semakin panik. Tiba-tiba saja dia ambruk dan saat ini dia ada dipelukanku. Air mataku mendadak mengalir dengan deras. Aku tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya.
Yunho....Yun.... hanya kata-kata itu saja yang bisa aku ucapkan saat ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku semakin panik dan bingung. Kurasakan tubuhnya sekarang sedikit lebih dingin dari yang tadi. Aku takut Yunho akan benar-benar meninggalkanku kali ini.
Yunho....bertahanlah...aku mohon....Kau tidak boleh meninggalkanku. Kau sudah berjanji padaku kan... Yunho.... Yunho...... aku menangis sejadi-jadinya... Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku takut. Aku benar-benar takut. Tiba-tiba saja tubuh Yunho melemas dan dia mengatakan sesuatu seraya berbisik kepadaku.
Mian Jae.....saranghae...


FIN


Eits...g jadi ah....
Dibuat TBC aja....
Haha... penasaran ngga ma kelanjutanny?? Neg mau lanjut, q buat TBC ja. Tp klo dah puas, ya udah. Gini juga ngga pa2 kog. Mian bahasanya ngga enak/jelek. Banyak kata2 yg diulang ya?? Keke....sengaja...*author baru yg gila
Ngga penasaran ma kelanjutannya???
Ya udah...
FIN. (titik)
Ok...ditunggu komennya...Komen sangat penting. Mengingat FF ini yg semakin Geje ja.
Gomawo...
oh iya...ini dia link ke Chap 2 : Fanfiction yunjae 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar